Pages

Sunday 22 May 2016

UNTUK AYAH IBU YANG KURINDUKAN

Desa Gunung Terang (GUNTER)
 
Ketika itu Asma’ binti abubakar sudah berusia hampir 100 tahun. Abdullah, anaknya, berkata, “wahai ibu, sungguh orang-orang telah menghinaku bahkan keluargaku dan anakku, sehingga tiada lagi yang bersamaku melainkan sedikit, sedangkan ada kaum yang menawariku dengan dunia. Bagaimana pendapatmu ibu?"

Hilanglah segera lemah fisiknya dan menguatkan rasa wibawa dan kemuliaan Asma’.


“wahai anakku, engkau lebih mengetahui terhadap dirimu. Jika kamu mengetahui bahwa engkau ada di atas kebenaran dan mengajak pada kebenaran, maka kerjakanlah. Sungguh, telah terbunuh sahabat-sahabatmu karenanya, sedangkan tidak mungkin engkau dipermainkan oleh anak-anak Bani Umayah. Jika engkau hanya menginginkan dunia, maka seburuk-buruk haamba adalah engkau, dan berarti kamu membinasakan dirimu sendiri, dan telah membinasakan orang yang berperang bersamamu.”

Abdullah kembali berkata, “demi Allah, ini adalah pendapat yang bagus, ibu. Tetapi saya takut jika penduduk syam membunuhiku dan mencincang tubuhku lalu menyalibku.”

Sang ibu menjawab, “wahai anakku, sesungguhnya kambing tidak lagi merasa sakit dipotong-potong tubuhnya setelah disembelih. Maka berangkatlah dengan bashirah-mu(nurani) dan minta pertolongan kepada Allah.”

Mungkin seperti itulah ketika ana berat menjalani hidup tempat jauh ini, ana terkadang menghubungi orangtua kami. Mulai rindu sampai berkonsultasi berbagai hal. Ayah ibu kami telah menempah kami sampai hari ini. Memberikan dukungan serta dorongan untuk terus maju. Namun terkadang pula kami tak bisa maksimal berbakti.

Kami percaya dan yakin orangtua kami senantiasa mendoakan kami yang jauh (dekat juga) menuntut ilmu di luar sulawasi beliau senantiasa mendoakan kami untuk yang terbaik. Selain menyekolahkan di sekolah untuk belajar formal tak lupa yang lebih penting adalah pendidikan di dalam keluarga. Ketika kecil kami “dipaksa” untuk pergi shalat 5 waktu di masjid. Selalu menyuruh untuk mengaji alquran dan menghapalkannya.
Alhamdulillah.. inilah salah satu kesyukuran terbesar kami lahir dari orang tua yang kurang lebih telah tertarbiah sehingga dengan usaha yang keras serta niat ikhlas menjadikan kami sebagai generasi harapan ummat kedepan. Seperti kisah sahabiyah Al-khansa seorang ibu dari empat anak yang semuanya syahid. Di saat pasukan muslim sedang siap berperang. Kansa mengumpulkan keempat anaknya untuk memberi pengarahan. Ia mengobarkan semangat anak-anak untuk berperang dan tidak lari dari peperang, serta mengharapkan syahid di jalan Allah subahana wataallah.

“wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah masuk islam dengan ketaatan. Kalian telah berhijrah dengan sukarela, dan demi Allah yang tiada illah kecuali dia, sesungguhnya kalian adalah putra-putri dari seorang wanita yang tidak pernah berkhianat kepada ayah kalian. Kalian juga tidak pernah memerlukan paman kalian, tidak pernah merusak kehormatan kalian, dan tidak pula berubah nasab kalian. Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi yang memerangi orang-orang kafir, dan ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik dari negeri yang fana.”

‘maka ketika datang waktu esok, jika Allah menghendaki kalian masih selamat, persiapkanlah diri kalian untuk memerangi musuh dengan penuh semangat, dan mohonlah kepada Allah untuk kemenangan kaum muslimin. Jika kalian melihat perang telah berkecamuk, ketika api telah berkobar, maka terjunlah kalian di medan laga. Bersabarlah kalian menghadapi ganasnya perjuangan, niscaya kalian akan berjaya dengan ghanimah dan kemulian atau syahid di negeri yang kekal.”

Ketika berita syahidnya empat bersaudara tersebut telah sampai kepada al-khansa, ia tidaklah menjadi goncang ataupun meratap. Bahkan ia mengatakan yang msyhur yang di catat oleh sejarah, yaitu:

“segala puji bagi Allah, yang memuliakan diriku dengan syahidnya mereka, dan aku berharap kepada rabb-ku agar dia mengumpulkan diriku dengan mereka rahmat-nya.”

Barakallah.. wahai orangtua yang berikhtiar untuk membentuk generasi terbaik. Wallahualam

Buat Ayah Ibuku yang kurindu di Makassar
Desa Gunung Terang, Kalianda Lampung Selatan
Sabtu, 14 mei 2016

No comments:

Post a Comment

silakan komentar