Pages

Tuesday, 11 September 2012

PENGARUH MEMBACA KOMIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 3 MAKASSAR (2)



CONTOH KOMIK UNTUK PENDIDIKAN....



BAB  II
KAJIAN TEORI
A.        Sejarah Komik Indonesia
Komik seperti yang kita lihat sekarang ini mulai memasuki sejarah Indonesia mulai tahun 1930-an. Itupun masih berupa komik strip yang di cetak pada sebuah surat kabar Melayu-Cina, Sinpo berjudul Si Put On, saat itu Kho Wang Gie menjadi penulis pertama dalam surat kabar yang terbit pada Sabtu, 2 Agustus 1930. Komik ini bertahan selama 30 tahun, istirahat sebentar sewaktu Jepang berkuasa (tahun 1942 sampai 1946) muncul lagi di majalah Pantjawarna dan Harian Warta Bhakti, namun akhirnya harus menyerah kalah pada rezim Orde Baru saat Gestapu tahun 1965. Kho Wang Gie dengan karyanya memberi banyak inspirasi bagi komikus Indonesia lainnya untuk berkarya ditengah serbuan komik impor seperti Flash Gordon, Superman, Tarzan. Para komikus seperti RA Kosasih dengan komik Sri Asih juga Adisoma dengan komik Jakawarna. Tapi kembali komik mendapat cap sebagai bacaan terlarang, dianggap tidak mendidik karena banyak aksi kekerasan dan adegan buka-bukaan. Bahkan memasuki tahun 1955 dilakukan pembakaran komik secara massal oleh pemerintah. Razia pun banyak dilakukan ditaman-taman bacaan. Saat itu Komik dinilai tidak bagus karena terlalu menganggap mengadaptasi budaya barat.

Pada tahun 1956-1963 mulai menjamur kembali komik-komik yang menampilkan tokoh-tokoh dunia perwayangan. RA Kosasih kembali berjaya dengan sejumlah cerita yang ia munculkan seperti Mahabarata dan Ramayana. Pada saat yang muncul pula karya-karya lain selain dari Karya RA Kosasih. beberapa diantaranya yakni Raden Palasara karya John Lo dan Ulam Sari karya Ardisoma.
Memasuki tahun 1960-an komik Indonesia diwarnai dengan cerita-cerita kehidupan Metropolitan, gegar budaya dan menganggap Jakarta sebagai contoh mimpi kehidupan menyebabkan komik-komik pada jaman tersebut banyak mengambil tema-tema percintaan remaja sehingga hal tersebut menimbulkan adanya razia yang dilakukan Polisi pada tahun 1967.
Usai tema percintaan rupanya komik tidak habis nafas, kemudian muncul komik superhero gelombang kedua yang diusung sejumlah komikus seperti Ganes TH dengan Si Buta Dari Gua Hantu-nya, Hans Jaladara dengan Panji Tengkorak-nya, dan Djai dengan Jaka Sembung-nya. Padahal dimasa itu muncul juga serbuan komik-komik import seperti Superman dan Spiderman.
Komik Indonesia mengalami masa surut pada tahuan 1980-an. Saat itu komik Indonesia boleh dikatakan kalah pamor dengan serbuan komik asing, terutama komik manga dan produk-produk anime dari Jepang. Komik Indonesia juga sulit diproduksi atau mungkin banyak penerbit lebih suka menerbitkan komik impor. Hingga mulai sekitar tahun 1994 komik Indonesia bangkit walau tampaknya masih terengah-engah, dimulai dengan komik underground juga bermunculan situs-situs komik baik komik underground maupun komunitas komik seperti Komikaze, newmedia, MKI, Bajing Loncat, Indicomic, Komik Online, dan masih banyak komunitas komik lainnya. Hingga akhirnya berhasil dengan sukses mengadakan Pameran Komik dan Animasi Nasional yang dilakukan tahun 2000.

B. Persepsi Masyarakat terhadap komik

Para pakar umumnya memberi persepsi beda terhadap komik, ada yang positif maupun negatif. Orang tua dan guru umumnya sangat mengkhawatirkan pengaruh komik terhadap anaknya. Mereka berpendapat bahwa dengan membaca komik, anak atau siswa akan lupa waktu untuk kegiatan yang lainnya, khususnya belajar. Selain itu, mereka takut anak atau siswa mereka menduplikasi karakter jelek tokoh yang ada dalam cerita komik. Mereka juga takut anak dan siswanya meniru adegan-adegan keras yang digambarkan dalam komik.
Persepsi negatif terhadap komik juga banyak dilontarkan oleh para pakar. Mereka mengomentari bentuk dan isi dari jenis bacaan ini. Komentar mereka di antaranya tentang imajinasi. Mereka berpendapat bahwa dengan membaca komik, imajinasi anak kurang tertantang untuk berkembang karena komik banyak didominasi oleh unsur visual ketimbang teks naratifnya. Padahal, teks naratif itu penting untuk perkembangan imajinasi anak. Imajinasi ini harus ditumbuhkembangkan pada masa anak-anak supaya dapat menciptakan daya cipta dan daya kreatif pada saat mereka dewasa.
Untungnya tidak semua pakar beranggapan negatif terhadap komik. Ada beberapa pakar yang mendukung keberadaan komik. Pakar yang beranggapan positif di antaranya Henny Supolo Sitepu, seorang psikolog (Harras, 2001: 3). Henny menyatakan bahwa komik tidak berbahaya dan tidak merusak minat baca anak-anak. Komik dapat memperkaya kecerdasan visual serta mengembangkan daya imajinasi mereka. Beliau juga menegaskan bahwa komik bisa mendorong anak belajar mencocokkan antara latar belakang dengan kejadian yang dipaparkan dalam cerita. Sedangkan Bonneff (1998: 99) mengemukakan bahwa komik punya peranan yang positif yaitu mengembangkan kebiasaan membaca.
Anggapan positif juga didukung oleh fenomena yang ada di negeri Jepang. Orang Jepang terkenal sangat menggemari komik tetapi iptek di negaranya tetap maju, karena kegemaran mereka itu tidak mengganggu minat bacanya terhadap buku lain. Hal ini memang sesuai dengan apa yang dikatakan Scott McCloud (2001: 198) bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan pikiran kita dari segala anggapan tentang komik. Kita akan menemukan seluruh potensi komik hanya dengan memulainya dari nol.
Berbicara mengenai potensi, komik berpotensi besar terhadap pengembangan menulis cerpen bagi anak-anak. Pernyataan tersebut bukan hanya sebuah omong kosong belaka, tetapi telah melalui proses penelitian yang berulang.
Lewat sebuah penelitian, saya tahu bahwa minat membaca komik memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan menulis cerpen. Hubungan ini berarti bahwa minat membaca komik sangat berpengaruh terhadap kemampuan menulis cerpen.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada penelitian yang sama, saya dapat mengimplikasikan bahwa semakin tinggi tingkat minat membaca komik pada anak, maka tingkat imajinasi untuk bercerita pun semakin tinggi. Tingkat imajinasi ini dapat dilihat terutama dari pemilihan ide dan isi karangan serta kejelasan unsur-unsur narasi yang ditulis secara runut dan komunikatif. Hal ini bisa dimaklumi mengingat komik adalah salah satu media penyaluran ide dari pengarangnya terhadap pembaca.
Komik merupakan salah satu media yang kaya akan ide dan imajinasi. Ide tersebut kemudian ditransformasi dan diserap oleh pembaca hingga kemudian menjadi sebuah “gudang ide” yang bisa dipanggil saat pembaca tersebut memerlukannya, salah satunya untuk membuat sebuah cerpen. Tentu saja setelah pembaca komik tersebut mengalami kejadian lainnya, pada akhirnya ide dari komik tersebut telah dicampuradukkan dengan ide lainnya sehingga menjadi sebuah cerita yang baru sama sekali dan tidak menjadikannya sebuah kasus plagiat.
Selain itu, minat membaca komik bisa juga memengaruhi bahasa anak dalam menulis karangan narasi, terutama cerpen. Komik disajikan dengan bahasa yang jelas dan lugas disertai bantuan gambar untuk membuat pembaca mengerti maksud pengarangnya. Gambar dalam komik berfungsi pula sebagai bahasa yang tidak perlu diucapkan. Hal ini merangsang pembaca untuk membuat dan mereka-reka sendiri bahasa yang dimaksud oleh pengarang komik tersebut. Misalnya dalam komik digambarkan seseorang yang sedang kesal yang melampiaskan kekesalannya pada sebuah kaleng kosong bekas minuman ringan. Pengarang komik cukup menggambarkan seorang manusia dengan mimik muka kesal kemudian menendang kaleng dengan proses memperlihatkan kaki yang sedang berjalan, memperlihatkan kaleng, kemudian kaki tersebut menyentuh kaleng, akhirnya kaleng tersebut terpelanting entah ke mana.
Scott McCloud (2001: 63) menyebutnya sebagai closure, yaitu fenomena mengamati bagian-bagian tetapi memandangnya sebagai keseluruhan. Karena hanya bagian-bagian tertentu yang menjadi kunci gerakan saja yang diperlihatkan, maka pembaca mengalami masa “misteri”, yaitu masa saat pembaca perlu menerjemahkan kejadian tersebut ke dalam skematanya. Hal ini sudah jelas sangat merangsang pembaca untuk membuat untaian kata versinya sendiri secara verbal jika ia ingin mentransformasikannya ke dalam sebuah karangan narasi atau cerpen.

C. Komik Sebagai Media Pembelajaran

Komik merupakan media, media penyampaian ide, gagasan dan bahkan kebebasan berpikir. Isi pesan dari komik itu lah yang menjadi kunci. Selama komik belum lagi menemukan kunci sebagai media yang mengedukasi sepertinya penran kucing-kucingan antara pembuat komik, pembaca dan orang tua dan sekolah di sisi lain akan terus berlangsung.
Lain halnya bila kita melihat kondisi komik di negara Jepang misalnya, di negara yang warganya super sibuk tersebut maka komik dijadikan sebagai sebuah pilihan media penyampai pesan yang efektif. Komik di sana tidak hanya untuk kalangan anak-anak namun juga untuk remaja bahkan dewasa. Sehingga tak jarang ada batasan umur bagi pembaca komik. Imbas yang kita alami adalah, beredarnya komik Crayon Sinchan karya Yoshito Usui ini di Indonesia sebetulnya di negeri asalnya Jepang adalah bacaan dewasa. Karena ada film kartunnya (dan tokoh utamanya seorang bocah) lantas diimpor begitu saja dan diterbitkan ini sebagai bacaan anak. Setelah muncul pendapat miring muncul ke masyarakat, baru komik Sinchan diberi label oleh penerbitnya ”untuk 15 tahun ke atas”. Sehingga cap komik sebagai buku terlarang kembali lancur digelar. Namun ternyata di Jepang, komik sudah bukan benda yang asing digunakan sebagai media pembelajaran, bahkan beberapa buku sekolah di Jepang menggunakan media komik.
Sebenarnya komik dapat menjadi media pembelajaran yang sangat efektif. Sebagai contoh untuk menjelaskan konsep-konsep yang sangat abstrak dan memerlukan objek yang konkrit pada beberapa mata pelajaran. Misalkan fisika, kimia atau matematika. Atau memberi penggambaran yang konkrit pada masa lalu pada satu kejadian sejarah misalnya. Komik Fisika ide dari Yohanes Surya dengan membawa komik ala manga dengan tokohnya, Archi dan Meidy ini bercerita tentang dua orang anak kembar yang menjalani kehidupan sebagai anak sekolah dasar. Segala kejadian dalam kehidupan mereka di sekolah dan rumah, sesuai dengan konsep dari ilmu-ilmu dasar fisika. Petualangan yang terjadi juga diselingi dengan humor-humor segar. Orangtua Archi dan Mediy digambarkan sebagai seorang pekerja. Ayahnya, Handi Susilo, seorang arsitektur. Sementara itu, ibunya, Tamara Susilo, seorang disainer. Mereka mempunyai kakak laki-laki yang bernama Anim. Sementara itu, Archi dan Meidy mempunyai guru ahli fisika, Profesor Yosu. Tokoh Profesor Yosu ini mengambil karakter dari Yohanes Surya sendiri. Yosu sendiri mempunyai saingan bernama Profesor Adolf, yang juga seorang ahli fisika. Merupakan media yang mengasyikkan sekaligus bisa mendidik anak untuk belajar Fisika.
Atau komik yang membawa cukilan sejarah tahun 1946 pasca kemerdekaan RI, Rampokan Jawa karya Peter van Dongen dari Belanda ini juga sangat menarik sebagai media pembelajaran sejarah. Dengan gaya penggambaran fotografisnya dilukis dengan sedemikian detil dan indahnya. Sekilas mengingatkan akan Komik Tintin yang populer di Indonesia.


 BERSAMBUNG..............




1 comment:

  1. boleh tau judul buku yang membahas tentang manfaat komik terhadap pendidikan

    ReplyDelete

silakan komentar