Pages

Monday 17 January 2011

WARNA-WARNI PERFILMAN INDONESIA Dari Idealisme, Komersialisme Film Sampai Identitas Film Indonesia

Baru-baru ini kita disuguhkan film terbaru dari Sutradara Deddy Mizwar yang berjudul “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Sutradara Deddy Mizwar tetap pada karakter film-film yang dibuatnya yaitu menyoroti kehidupan sosial di negeri ini. Walaupun baru muncul di bioskop, penulis belum sempat menonton di bioskop (^  ^)
Penulis jadi teringat film-film yang sebelum ada, mulai dari film horor “Tiran”, film religius “Di bawah langit”, ada juga film yang memadukan antara komedi dan romantis, seperti Bebek belur dan sebagainya. Tampak pecinta film tahun ini dimanjakan dengan film-film dengan berbagai ciri dan karakter yang berbeda-beda. Pada era 1980-1999, pencarian identitas ke Indonesia dalam dunia perfilman sudah berlangsung lama. Kini perfilman Indonesia disajikan dengan berbagai karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Ini tak lepas dari pembuatan atau idealisme para pembuat film khususnya stradara. Para pembuat film memiliki latar belakang yang berbeda serta tujuan membuat film. Kita melihat sutradara Deddy Mizwar sampai saat ini, tetap istiqamah menampilkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan seperti ketika, Nagabonar Jadi 2, Kiamat Sudah Dekat, dan lain-lain.

Wednesday 5 January 2011

Jatuh Cinta Atau Bangun Cinta

Ana pernah membaca sajak kurang lebih begini:
‘Ada dua pilihan ketika bertemu cinta
Jatuh cinta dan bangun cinta…
Ya benar terkadang kita populer mendengar kata ‘jatuh cinta’ bila seseorang merasakan cinta. Tetapi kata ‘jatuh’ identik dengan sesuatu kejadian yang tanpa di sadari kita mengalaminya. Jadi kata ‘jatuh cinta’ menujukkan ketidak sadaran ternyata ia telah masuk dalam cinta atau mungkin awalnya ketidak inginan jatuh tetapi ternyata karena kecerobohan diri jadi jatuh deh ..., coba kita lihat orang yang berjalan, maka ada orang yang berjalan pasti tidak mau jatuh bahkan jatuh yang berjalan. He ...he....
Kita kembali, tetapi kenyataan pelaku-pelaku cinta kelihatannya mereka mau-maunya ‘jatuh’ melihat banyak yang orang jatuh maunya ikut-ikutan jatuh. Cape deh! Apa mungkin mereka menyusahkan diri mereka dengan ‘jatuh’, karena belum tahu dalamnya dan gelapnya lubang. Itu pun mungkin yang sudah terlanjur jatuh bukanya malah bangkit dari ‘jatuhnya’ tetapi mereka malah menikmati sakitnya jatuh, mereka terus berada di lubang yang gelap nan dalam hi...hi...
Setelah ana teliti cieh...., ternyata pelaku-pelakunya tidak tahu makna cinta yang sebenarnya sehingga mereka tersiksa karena cinta mereka sendiri (namanya juga jatuh, sakit tau). Makanya mari kita belajar hakekat cinta yang sebenarnya. Dengan begitu kita membangun persepsi tentang cinta yang benar sesuai dengan tuntunan agama kita berdasarkan Al quran & hadis. Jangankan jatuh karena cinta bahkan kita menikmati bangunan cinta itu.
Kalaupun kita jatuh karena cinta maka kita bisa bangkit dari terjatuhnya kita. Karena kita telah pahami makna cinta yang benar dan mana cinta karena nafsu. So gais mari kita bangun cinta itu dengan prinsip-prinsip syariat bukanya kita ikut-ikutan tanpa ilmu jatuh keliang cinta. Mana yang lebih enak jatuh di lubang yang gelap nan dalam atau menikmati istana bangunan cinta? Ayo pilih mana? 
Terus mari kita lihat kelanjutan sajak diatas
…Padamu aku memilih yang kedua
Agar cinta kita menjadi istana, tinggi menggapai surga’
(Viktor E. Frankl, Man’s Search For Meaning, hal 166)

Masih Jaman Pacaran??

BATAS PERGAULAN ADA HIJAB
            Buat komporin aja nih yang belum juga putus sama “pacar”nya, santai aja lagi kalo “pacaran” cuma buat seneng-seneng doang. Waduh kalo udah kata seneng-seneng doang yang keluar mestinya kamu yang berjenis kelamin cewek jangan mau coz, kalian yang dijadikan “objek” untuk kesenangan para kaum adam. Dan para cowok kaya ga ada “maenan” lain apa? Secara sekarang banyak mainan yang lebih menantang disbanding sekedar menaklukkan si betina dengan rayuan gombal basih tau.
Kalian mau kenal pasangan lebih “dalam”? Buat apa? Kecocokan? Palsu semua tuh. Dalam Islam tuh ga ada namanya pacaran sebelum nikah bahkan ta'aruf pun ga ada. Jadi putusin aja si doi deeh, dunia ga bakalan kiamat kok. Salah seorang penulis mengatakan:
 “Mencari jodoh yang baik adalah senantiasa memeperbaiki
diri hari demi hari. Lalu kita menjemputnya dari tangan
Allah diiringi senyuman sang bidadari”
Cihui, bagus kan? Jadi udah jelas banget kalo mau dapet jodoh yang baik yaa tinggal betulin diri kok “Pasangan kita adalah cerminan diri kita”. Pacaran adalah sesuatu yang indah tetapi  yang begini nih yang ngerusak, pacaran sebelum nikah. Lihat kebiasaan orang pacaran telpon-telponan sampai larut malam.
Sebagaimana ayat-ayat cinta yang difirmankan oleh Rabb kita azza wa jalla, “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.” (QS. An-Nur : 3)
Tuh khan, sesuai fitrahnya magnet boss, kalo kamu ngerasa sebagai orang yang baik-baik niscaya kamu akan dapat pasangan yang baik pula. Belum pernah khan terdengar kasusnya kalo ada seorang kyai, ajengan, ustadz dapetin istri seorang wanita tuna susila dan kawan-kawannya. Begitu juga sebaliknya. Jadi kalo kamu mau mendapatkan sebuah kecocokkan lakukanlah dengan mempertebal keimanan. Dalam iman yang kuat terdapat jiwa yang sehat.