Tugas Ilmu Jiwa Belajar
PEMECAHAN MASALAH DALAM BELAJAR
Disusun oleh:
MUH. ABID FAUZAN
MUH. AKMAL
NUR FAEDAH
NILMAWATI
MARUFIN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR 2008
MUH. ABID FAUZAN
MUH. AKMAL
NUR FAEDAH
NILMAWATI
MARUFIN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat limpahan nikmat dari-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Pemecahan masalah dalam belajar” dapat diselesaikan, shalawat serta taslim tak lupa kami kirimkan atas junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam yang telah memabawa ummat ini dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang.
Dalam rangka penyelesaian Makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan arahan dan bimbingan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Walaupun dengan usaha maksimal telah kami lakukan, tapi sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami dari penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini, dan kiranya makalah ini dapat memberikan masukan dan informasi kepada semua pihak yang berkaitan dengan hal ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Kiranya segala bantuan pengorbanan yang telah diberikan oleh semua pihak, mendapat ridho dari Allah Subhanahu Wataala. Amin….
Wassalam
Makassar, DESEMBER 2008
Penulis
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat bahwa pendidikan adalah ilmu normatif, maka fungsi institusi pendidikan adalah menumbuh-kembangkan subyek didik ke tingkat yang normatif lebih baik, dengan cara/jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif. Disebut subyek didik karena peserta didik bukan merupakan obyek yang dapat diperlakukan semaunya pendidik, bahkan seharusnya dipandang sebagai manusia lengkap dengan harkat kemanusiannya.
Menurut Freire, fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek. Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindasnya. Dunia dan realitasnya bukan "sesuatu yang ada dengan sendirinya", dan karena itu "harus diterima menurut apa adanya", sebagai suatu takdir atau nasib yang tak terelakkan. Manusia harus menggeluti dunia dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya cipta, dan itu berarti manusia mampu memahami keberadaan dirinya. Oleh karena itu, pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri, dan harus mampu mendekatkan manusia dengan lingkungannya.
Adanya beberapa bentuk kekerasan dalam pendidikan yang masih merajalela merupakan indikator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Di sinilah urgensi humanisasi pendidikan. Humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan cerdas spiritual, bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi.
Sehingga penulis ingin membahas hal yang mengenai tentang Pemecahan masalah dalam belajar
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Pemecahan masalah dalam belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Anak-anak mulai memecahkan masalah dengan “percobaan dan kesalahan” mulai sejak berumur beberapa bulan. Kegiatan mengajar, seperti mencari jumlah dari 48 +96, kadang-kadang disebut masalah. Latihan berhitung bukan meerupakan masalah. Suatu masalah terjadi ketika seseorang menginginkan untuk mencapai suatu tujuan, tapi tidak dapat segera mencapai tujuan tersebut. Pemecahan masalah kemudian menjadi proses untuk mencapai tujuan tersebut dan mencapai tujuan tersebut. Setiap tindakan pada pemecahan masalah menggunakan suatu proses. Fokus dasar dalam mengembangkan pemecah masalah harus mengajarkan pada proses, dan bukan untuk mencari solusinya (yang hanya merupakan hasil akhir dari proses pemecahan masalah). Keterampilan berhitung yang siswa kembangkan selama di sekolah dasar adalah alat sederhana yang dapat digunakan dalam proses pemecahan masalah. Karena keterampilan adalah pengenalan terbaik saat digunakan dalam konteks pemecahan masalah. Motivasi untuk belajar bagaimana menghitung harus dimulai dari konteks masalah. Aplikasi dari keterampilan berhitung, khususnya sebagai alat untuk pemecahan masalah, harus kembali menjadi fokus utama dalam belajar selama pengembangan keterampilan berhitung. Jika seorang anak menjadi seorang yang ahli dalam berhitung, tapi tidak dapat menggunakan ketrampian yaitu untuk memecahkan masalah, maka anak tersebut hanya mempela1ari sedikit dari nilai praktik. Dalam hal lainnya, jika seorang anak mempunyai variasi yang banyak dalam strategi untuk memecahkan masalah, tapi mengalami kesulitan/lemah dalam berhitung, maka anak tersebut dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan menggunakan kalkulator atau program mikrokomputer.
Pemecahan masalah adalah alasan dasar/utama untuk belajar konsep matematika non komputasi. Belajar tentang bilangan, geometri, pengukuran, dan yang lainnya dalam matematika harus dipelajari dalam konteks pemecahan masalah, karena siswa akan menjadi termotivasi untuk mengeksplorasi ide mereka saat melihat bagaimana konsep ini membantu mereka memecahkan suatu masalah. Berikut contoh masalah dan proses memecahkan masalah:
Masalah
Terdapat suatu tempat berbelanja dijalan Hizzhonor no 16. kita ingin pergi kesana untuk berbelanja, tapi tidak mempunyai ide dimana lokasinya berada. (kita punya tujuan, tapi tidak memahami bagaimana cara mencapai tujuan tersebut).
Proses
Strategi yang dapat kita gunakan untuk memecahkan masalah adalah:
1. saat kita tidak tahu bagaimana untuk sampai di tempat tersebut, kita akan bertanya pada seseorang bagaimana untuk bisa ke sana. Sekali mereka memberikan arah, kita mengikuti petunjuk tersebut untuk sampai ke tujuan kita
2. jika kita memiliki peta, kita dapat melihat lokasi tersebut pada peta, dan mengunakan peta tersebut untuk sampai pada lokasi tersebut. Sebelumnya, yang kita perlukan untuk memecahkan masalah adalah mempelajari:
Kemampuan menggunakan indeks peta
Kemampuan untuk melihat lokasi jalan koordinat yang disebutkan dalam indeks peta
Kemampuan untuk membaca peta mulai dari jalan tempat kita berada sampai lokasi dari jalan yang kita ingin tuju.
Kemampuan untuk mengendarai mobil menuju lokasi yang disebutkan/indikasikan dalam peta.
Jika kita menggunakan kernampuan ini sampai pada tujuan, maka masalah ini terpecahkan. Kemudian dalam bulan yang sama saat kita menginginkan untuk pergi ke jalan Hizzhonor lagi, kita ingat bagaimana cara ke jalan tersebut sebelumnya. Maka ini bukan masalah lagi. Bagaimanapun, sekali kita memulai perjalanan kita, jika kita temukan jalan yang kita gunakan sebelumnya ditutup untuk diperbaiki. Dalam hal ini, karena situasinya sudah diubah, dan kita tidak segera tahu bagaimana untuk sampai ke tujuan kita, maka kita mempunyai situasi masalah yang baru.
Pemecahan masalah dikembangkan dengan cara yang sama pada contoh sebelumnya, dengan seorang guru membangun secara perlahan kemampuan seorang siswa untuk memecahkan masalah. Dalam proses ini, guru memproses mulai dari masalah sederhana sampai pada masalah yang lebih kompleks, membangun komplesitas masalah dengan menambahkan “kerutan baru” pada masalah yang sudah dipecahkan sebelumnya dan dengan mengkombinasikan unsur-unsur pemecahan masalah sebelumnya pada bentuk struktur yang ditunjukkan pada masalah yang baru. Saat bekerja dengan anak-anak, guru harus dapat membentuk situasi yang bukan masalah kedalam suatu masalah untuk membantu siswa sampai pada kondisi yang baru dan untuk memperkuat kemampuannya. Tiga hal yang menjadi tanggungjawab utama dari seorang guru saat menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah adalah untuk:
1. Membantu siswa mengembangkan kumpulan strategi pemecahan masalah.
2. Membimbing siswa menguasai konsep matematika, tekniknya, serta keterampilan berhitung siswa untuk memecahkan masalah
3. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan strategi tersebut dalam suatu variasi keadaan yang lebih luas
BERSAMBUNG...............
No comments:
Post a Comment
silakan komentar