Pages

Wednesday 28 November 2012

Hanya BERBAGI ILMU MENULIS......(2-SELESAI)

 PENGANTAR : LANJUTKAN.....

“Hikmah adalah harta orang mukmin yang hilang. Di mana saja menemukannya, dia lebih berhak untuk mengambilnya” (Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah).
Belajar Menulis Kreatif di Pre Event BN2012

#2 BN2012
(Tulisan ke-2 terkait Kopdar Blogger Nusantara)

Saya bersemangat mengikuti kelas menulis, apalagi kalau gratis. Dari 3 kelas yang ditawarkan di Pre Event Kopdar Blogger Nusantara 2012, saya memilih kelas Menulis. Kelas Fotografi dan Social Media belum mampu menarik saya sebesar minat saya pada menulis.

Entahlah, saya seperti sedang tergila-gila menulis, tapi saya masih malu-malu mengaku sebagai penulis karena penulis yang baik tentu saja harusnya memenuhi berbagai kriteria sehubungan dengan dunia tulis-menulis. Jadi, saya lebih memilih mendeklarasikan diri sebagai blogger. Blogger yang serius menulis dan berusaha untuk terus meng-update blognya ever after. Mudah-mudahan.

M. Aan Mansyur, sastrawan ramping berkacamata yang masih terlihat jauh lebih muda dari usianya adalah pemateri di kelas menulis yang berlangsung pada 9 November 2012 ini. Ia tak membuat slide, lebih memilih mengisi kelas sehubungan dengan pertanyaan yang diajukan para peserta dan sharing pengalamannya selama malang-melintang sebagai penulis di Makassar. Tulisan ini memuat pemaparannya yang sempat saya tangkap, catat, ingat, dan cerna.

Kepekaan terhadap sekitar sangat penting dalam dunia menulis. Menekuni kegiatan menulis bagai masuk sekolah yang tak ada jam istirahat/liburnya. Semua yang dikerjakan setiap saat, adalah proses untuk menulis.

Tak ada orang yang  baru benar-benar belajar menulis saat ini. Proses belajar menulis dimulai sejak zaman sekolah dasar. Setiap kita pernah mendapatkan “soal” mengarang, hanya kita tak menyadarinya.

Banyak orang kesulitan memulai paragraf pertamanya. Kenapa? Karena besarnya keinginan untuk bisa langsung menghasilkan tulisan yang bagus. Karena ingin melakukan yang terbaik. Padahal untuk menghasilkan karya yang baik, bisa jadi setelah menulis banyak tulisan buruk. Satu cerpen bagus misalnya, bisa saja lahir setelah penulisnya menuliskan 10 atau 100 cerpen buruk.
Jadi, tuliskan saja apa yang terlintas di pikiran. Untuk memulai menulis ya menulis saja, jangan pikirkan apakah tulisan itu nantinya bagus atau tidak. Jangan berusaha mengedit selagi menulis. Menulis dan mengedit adalah 2 hal berbeda. Pisahkan itu. Menulis saja dulu. Ada istilah free writing sebagai salah satu metode dalam dunia menulis, yaitu menuliskan apa saja yang dipikirkan.

Namun demikian, perlu diingat bahwa paragraf pertama itu seperti umpan. Agar pembaca mau dengan sukarela terus membaca tulisan kita, ia harus ditulis dengan menarik. Di sinilah kerangka karangan (outline) berperan penting: membuat orang tidak berhenti di tengah jalan saat membaca tulisan kita. Ini pun membantu penulis agar tak mudah blank, tiba-tiba kehabisan ide menulis di tengah jalan.

Di zaman sekarang, agar bisa fokus menulis, hindari menulis di komputer yang terhubung dengan internet karena penjelajahan dunia maya bakal memakan waktu yang teramat besar ketimbang menulis. Segala yang ingin dituliskan bisa gagal dirangkai karena main internet.

Kunci menulis hanya ada 3: menulis, menulis, dan menulis. Untuk mampu menulis dengan baik bukan ditentukan dengan banyaknya kelas menulis yang diikuti, tetapi karena “jam terbang”. Suatu waktu, dalam setahun Aan pernah amat keras pada dirinya dalam menulis. Setiap harinya ia mengusahakan membaca satu buku berisi sekitar 200 halaman dan mengharuskan dirinya menulis 2000 kata. Hasilnya, setelah itu ia merasa bagai membawa bom di dalam kepalanya. Bom itu berisi begitu banyak ide yang siap meledak bila tak dituliskan.

Makanya, tidak boleh ada kata “bad mood” dalam menulis. Buat Aan yang menetapkan penulis sebagai profesinya, ia sudah lama membunuh si bad mood ini. Terinspirasi oleh penjual bakso yang biasa lewat depan rumahnya. Si tukang bakso tak pernah mengatakan, “Maaf, Saya sedang bad mood,” bila ada yang memesan bakso padanya. Padahal ia berjualan tiap hari, dalam kondisi apapun.

Semua tulisan yang pernah ditulis bisa jadi gudang ide. Bisa membantu seseorang menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi. Jangan pernah merasa rugi menulis banyak-banyak.

Cara-cara untuk mendapatkan ide menulis, bisa dilakukan dengan:
•    Latihan menulis pertanyaan yang tak pernah ditanyakan orang lain. Buat pertanyaan terbuka yang bisa menghasilkan jawaban apa saja. Pertanyaan terbuka juga bisa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang tidak berhenti begitu saja setelah terjawab.
•    Melekatkan kata “kenapa” pada semua yang dilihat.
•    Setiap hari dihantui 1 pertanyaan sebelum tidur.


Kiat Aan yang memiliki jumlah follower puluhan ribu di akun twitternya @hurufkecil ini (coba deh follow akun twitternya dan perhatikan deretan kalimat pada time line-nya yang unik dan nyastra. Ia menggunakan twitter untuk belajar menulis kreatif dan efektif. Baginya, editor yang bisa dipercaya selain waktu adalah time line), untuk mampu menulis kreatif haruslah:
•    Mampu “membunuh klise”. Dengan banyak membaca, kita bisa tahu mana yang klise, mana yang tidak.
•    Mampu menulis dengan “ukuran” (terget), misalnya menetapkan diri menulis sejumlah kata per hari (ini pula yang dilakukan Colin Falconer – seorang novelis Inggris yang bermukim di Australia dan sudah menghasilkan 20-an novel yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, bisa dibaca dalam tulisan berjudul Belajar dari Novelis Asing. Colin menetapkan target bagi dirinya untuk menulis 3000 kata setiap harinya).
•    Mencari partner dalam menulis. Maksudnya, orang yang sama-sama berminat dalam dunia menulis (ini sangat berguna, saya juga menerapkannya dengan mencari dan bergabung dalam grup-grup menulis di dunia maya). Partner menulis bisa menunjukkan kelemahan tulisan kita sehingga bisa diperbaiki.


Saat seorang peserta bertanya, “Bisakah menjadi editor pada tulisan sendiri?”
“Bisa saja,” jawab Aan.

Caranya adalah dengan “menjaga jarak” dengan tulisan sendiri. Yaitu dengan mengerjakan sesuatu yang lain yang sama sekali tak ada hubungannya dengan menulis selama beberapa hari. Setelah itu baru kembali membaca tulisan tersebut. Biasanya dengan mudah akan terlihat kesalahan-kesalahan yang sebelumnya tak terlihat.
Aan sendiri pernah mencoba bermain tenis untuk menjaga jarak dengan tulisannya. Sebelumnya ia tidak melakukan olahraga itu. Ia mencoba belajar bermain tenis, melupakan segala hal tentang menulis. Ia mengistirahatkan pikirannya. Hal seperti itu dilakukannya ketika ia merasa tulisan yang tengah dikerjakannya amat monoton, tak menarik lagi. “Sekembalinya dari berlibur”, pikirannya lebih segar untuk kembali mengusahakan membuat tulisan yang menarik.

Menurut Aan, “kata-kata itu punya nyawa”. Ia bisa menjadi alat musik, gambar, ataupun tarian. Tentu saja untuk konsisten menulis, seseorang harus bisa menikmati menulis. Aan malah menganggap menulis itu menyenangkan sekaligus menyebalkan. Jangan berbangga pada tulisan yang kita hasilkan, justru sebaiknya menganggap tulisan yang dihasilkan itu buruk supaya bisa tetap berlatih menulis lebih baik lagi. Jangan besar kepala mendapatkan pujian orang. “Pujian itu adalah ujian menyamar di balik huru ‘P’,” tegas Aan.

Banyak kiat yang dibagi oleh penulis buku Kukila dan memiliki blog http://hurufkecil.net ini. Di antaranya:
•    Jangan mengidolakan satu penulis saja karena bisa menjebak kita untuk menjadi bayangan penulis itu. Bacalah buku-buku karya berbagai penulis, baik yang disukai maupun yang tak disukai agar kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga.
•    “Bangunlah puncak sendiri”. Jika Sapardi Joko Damono sudah punya puncaknya sendiri, jangan mendaki puncak itu. Buatlah puncak sendiri yang lebih rendah atau barangkali bisa lebih tinggi daripada puncak milik Sapardi.
•    Untuk yang bisa termotivasi dengan lomba-lomba menulis, jangan sampai pakem-pakem lomba justru menghalangi pembentukan gaya khas kita dalam menulis. Sekali lagi, “bangunlah puncak sendiri”. Artinya, milikilah gaya khas sendiri. Jangan sampai lomba menghalangi kita membuat puncak sendiri.
•    Jangan hanya menuliskan apa yang kita ketahui, tetapi tuliskan juga apa yang ingin kita ketahui supaya bisa belajar lebih banyak lagi (Aan pernah mempelajari segala hal tentang kuku dan mempelajari banyak hal baru seperti istilah-istilah dalam bahasa Latin dari bagian-bagian kuku seperti kutikula, lunula, juga segala mitos tentag kuku, sampai “rahasia” di balik frasa “kuku Bima” untuk mengerjakan novelnya yang  bertemakan kuku).
•    Jangan mau diganggu dengan bad mood. Bedakan bad mood dengan “butuh istirahat”. Butuh istirahat menyangkut kebutuhan perbaikan tulisan agar menjadi lebih baik. Sedangkan bad mood harus bisa dilawan. Dalam kondisi apapun, baik itu sedang sedih atau gembira luar biasa, atau kurang tidur sekalipun, bukanlah alasan untuk menjadi bad mood dalam menulis.
•    Membaca buku-buku biografi bagus untuk membangun karakter tokoh yang ditulis (Aan sendiri sangat terinspirasi pada biografi Helen Keller).


Kelas menulis kreatif di lantai 2 gedung LAN Antang, pada sore nan adem itu ditutup oleh Aan dengan satu kiat:

“Lupakan apa yang baru saya sampaikan. Karena jika tidak, Anda akan menjadi seperti Saya. Temukan ciri khas Anda sendiri. Pertemuan ini adalah sharing pengalaman saja dalri Saya.”


Makassar, 12 November 2012


Catatan:

•    Kita bisa belajar dari pengalaman siapa pun tapi jangan menirunya mentah-mentah agar tak menjadi bayangannya. Telaahlah, renungkanlah, dan terapkanlah sesuai karakter kita.
•    Mudah-mudahan saya bisa menyajikan tulisan-tulisan lain sebanyak ide yang sudah saya tuliskan dalam notes saya.



1 comment:

silakan komentar