Baru saja membuka mata, batinku langsung berzikir, “asstagfirullah! Ya Allah..” Karena kuingat hari ini hari Kamis berarti penghujung Ahad. Itu artinya hari kerja keras buatku untuk menyelesaikan sebuah tugas terbitan bulletin al iqro edisi jumatan yang harus naik cetak pada hari jumat. Karena setiap selesai shaalat jumat di mushala sekolah akan dibagikan ke jamaah. Dengan gerak terburu-buru dan suara keluh, tubuhku beranjak dari tempat istirahatku.
Zaki, teman ROHIS terkejut mendengarnya. Ia akhirnya menyelesaikan tilawahnya karena suara gaduh yang telah aku buat. “siang-siang begini mau kemana, bid?” suara zaki entah kenapa justru membuatku sedikit mempengaruhi langkahku. Kadang aku berfikir, ‘Enak sekali ya tugas seperti zaki yang di amanahi anggota DEPKOMI(Depatemen komunikasi ikhwa) santai jadi HUMAS ROHIS. Cukup modal tampang dan suara sudah cukup memenuhi tugasnya'. Namun aku tidak boleh membanding-bandingkan semua sama-sama pentingnya dan sama-sama susahnya. Aku pun membalas dengan canda.
“Ki, kayak nggak tahu saja sih kerjaanku dua pekan terakhir ini! Biasa, menyelesaikan terbitan Al Iqro edisi tiap jumat nih”.
“Mau tidak mau harus dikebut ngetik hari ini, fuih, ntar malam. Ini amanah” tambahku mencoba ikhlas. Ku tatap zaki dengan senyuman mencoba tegarkan diri ku. Mata zaki menyipit memandang ke arahku. Kemudian diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang.
“Lho, istirahat dulu lah,bukannya sudah seharian kamu sudah belajar dan kerja tugas berat di sekolah sampai jam sebeginih.” Mendengar saran zaki kujawab dengan senyuman lagi dan dalam hati berkata “ terimakasih sudah memperhatikanku, ana uhubukifillah akhi( aku mencintaimu karena Allah saudaraku). Melihat mata tacam penuh keyakinan, zaki akhirnya cuma membalas pula dengan senyuman. Aku pun segera berlalu menuju tempat tujuanku.
Setelah menekuni tulisan di bulletin rohis ada banyak pelajaran yang ANA dapatkan sampai-sampai ANA merasa potensi baca dan tulis menulis harus di gerakkan kalangan pelajar khususnya anak rohis. Apalagi anak rohis yang mengemban amanah dakwa sekolah. Terlebih kita semua Aktivis Dakwah Sekolah (ADS). Membaca dan Menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam Dakwah kita, dua kemampuan inilah yang membuat kita bisa menikmati Al Quran (dalam bentuk tulisan buku), memahami dengan seksama Hadits Shohih dari para Imam Besar dan Kitab-kitab Islam dari para pemikir Islam di masa lalu. Karena kemampuan mereka dalam menulislah, sejarah Islam terus berkembang dan tak surut di telan waktu. Dari tulisan lah kita pula dapat memahami bagaimana sejarah Islam dan Dunia, dan dari tulisanlah kita akan merekayasa sejarah di masa depan.
Bagi seorang ADS, menulis adalah sebuah tuntutan. Seringkali sejarah dakwah sekolah kita terputus atau hilang jejak karena dokumentasi dalam bentuk tulisan yang tidak ter-kumpul dengan baik. Atau, karena tulisan yang dilahirkan oleh ADS yang masih terbatas membuat banyak sekali pemikiran tentang Islam, Peradaban, atau Dakwah sekolah yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Dan pemikiran-pememikiran yang lalu lalang di dunia maya justru di dominasi oleh hal-hal yang kontraproduktif dengan Islam itu sendiri.
Padabagian ini ANA mencoba memberikan bagaimana agar para ADS mampu mengasah kemampuan menulis mereka yang harapan kedepannya mampu bermanfaat untuk perkembangan dakwah kita di Makassar dan Indonesia serta Dunia.
Langkah pertama yang perlu disiapkan sebelum seseorang menulis tentu adalah Membaca. Semakin banyak bacaan yang kita serap, berdampak terhadap seberapa banyak kosakata yang dapat kita tuliskan nantinya. Membaca buku tentu perlu di jadwalkan secara khusus, dan alangkah baiknya bila ADS menjadi buku sebagai sahabat yang selalu menemani kemanapun. ADS dapat memulai dengan membiasakan diri untuk mengalokasikan sebagian uangnya dan membeli buku serta menyediakan tempat di tas/ransel untuk menaruh sebuah buku. Sehingga buku dapat di baca saat dalam perjalanan atau menunggu.
Baiknya memang setiap ADS memiliki target bacaan setiap bulannya. Apakah 2-3 buku perbulan dengan variasi tentunya. Jangan hanya terpaku pada satu jenis buku saja, buat variasi tema, genre hingga ketebalan buku. Agar pikiran kita terbiasa untuk mengkonsumsi berbagai pemikiran dan nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan sintesa pemikiran baru yang nantinya akan dituliskan.
Langkah kedua adalah memilih tema tulisan yang akan ditekuni. Percayalah bahwa setiap orang bisa dan mampu untuk menulis. Hanya saja kadang mereka tidak cukup percaya diri bahwa tulisan mereka sangat layak. Dan percayalah, bahwa setiap orang memiliki kekhasan masing-masing dalam mengekspresikan pikirannya dalam kata-kata, sehingga saya berani berpendapat bahwa semua tulisan itu bagus dan bermakna. Memilih tema tulisan sangat penting untuk memulai sebuah tulisan, apakah anda akan membuat novel, artikel bebas, opini media, buku pemikiran atau buku dengan jenis lainnya. Tema ini akan berpengaruh kepada gaya penulisan, objek yang akan membaca hingga apa yang dituliskan itu sendiri.
Langkah ketiga, membandingkan gaya penulisan orang lain dengan tema yang akan anda tuliskan. Tujuannya adalah agar memperkaya cara penulisan serta padanan diksi yang akan digunakan. Sangat penting bagi kita untuk belajar dari para penulis yang sudah terbukti kapasitasnya. Walau memang banyak yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki ke-khasan masing-masing. Tetapi dengan melihat referensi dari penulis lain, kita akan lebih mengetahui apa potensi penulisan kita yang bisa dikembangkan. Untuk nantinya kita bisa mengembangkan cara penulisan yang sesuai dengan gaya kita masing-masing.
Langkah keempat adalah menulis itu sendiri. Memulai tulisan tidak butuh harus “sekali jadi”, bisa juga bertahap. Artinya tulisan itu bisa dicicil, saat “mood” kita mulai menulis, dan saat inspirasi datang kita menulis. Walau memang perlu juga kita “memaksakan” diri untuk menulis itu. Jika Anda memiliki akses ke komputer atau laptop tentu akan sangat memudahkan dalam menulis. Pastikan potensi akses tersebut dimanfaatkan untuk membuahkan beberapa inspirasi tulisan.
Langkah kelima dan yang terakhir adalah mempublikasikan tulisan tersebut. Baik itu melalui blog pribadi, atau media online, jejaring sosial atau apapun yang dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk memberikan masukan atau tanggapan bagi tulisan anda. Jangan khawatir, bila ada pandangan negatif tentang tulisan anda. Anggap saja itu sebagai kontribusi orang lain agar anda lebih giat dalam belajar menulis.
WALAHUALAM
No comments:
Post a Comment
silakan komentar