Pages

Sunday 5 January 2020

MAKALAH : PERSPEKTIF BELAJAR DAN STRATEGI PEMBELAJARAN SERTA KONTRIBUSINYA DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN






PERSPEKTIF BELAJAR DAN STRATEGI PEMBELAJARAN SERTA KONTRIBUSINYA DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN

Description: E:\Logo_Baru_UIN_Alauddin_Makassarjpg.jpeg
 







MAKALAH
Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Media Pembelajaran PAI

Oleh:
MUHAMMAD ABID FAUZAN


Dosen Pemandu:
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, M.A
Dr. Muhammad Yusuf T, M.Pd.I


PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019




BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar belakang masalah
Dalam pengembangan media dan teknologi pembelajaran ada hal yang mendasar adalah teori belajar. Semua bentuk media dan teknologi menjadi kurang relevan dengan kebutuhan peserta didik ketika tidak melibatkan pemahaman komprehensif terhadap aspek-aspek belajar dan pembelajaran (Bates & Poole, 2003). Bahkan setiap memproduksi bahan ajar, media, dan teknologi pembelajaran harus menelaah teori-teori mutakhir tentang belajar, pengembangan, media, dan teknologi (Peppler & Kafai, 2007).
Sebelum membahas beberapa perspektif belajar sebagai landasan psikologis dalam pengembangan media dan teknologi pembelajaran, kiranya perlu memberikan penajaman konseptentang perspektif dalam belajar secara terpisah. Secara umum, perspektif dimaknai sebagai cara memandang sesuatu (Lever-Duffy, McDonald, & Mizell, 2015). Perspektif juga dimaknai sebagai pandangan ataupenekanan yang lebih umum dan luas (Hutchison & Charlesworth, 2003). Perspektif (perspective)adalah “A way of perceiving the world flows from a value position. The perspective will influence choice of theory and model” (Payne, 1998: 2). Definisi ini menekankan bahwa perspektif merupakan cara untuk memahami dunia yang terbangun dari posisi nilai. Perspektif akan memengaruhi pilihan teori dan model. Perspektif hanyalah cara untuk melihat dunia (Mooney, Knox, & Schacht, 2014).
Dalam ilmu geometri (ilmu ukur), perspektif dipahami sebagai bentuk geometri halus yang melukiskan gambar dan objek (Storey, 2006). Adapun makna perspektif dalam kaitannya dengan belajar merupakan cara pandang belajar berdasarkan paham, keyakinan, dan sudut pandang. Dengan demikian, orang yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda tentu mempunyai pandangan yang berbeda tentang sesuatu tergantung dari sisi mana dia melihat. Belajar merupakan kegiatan kompleks yang dapat dijelaskan secara berbeda jika dilihat dari berbagai perspektif teori yang berbeda. Seseorang mungkin akan setuju dengan teori belajar tertentu ketika dia berada pada sudut pandang yang sama.
Belajar dapat dijelaskan secara umum dan khusus berdasarkan perspektif masing-masing ilmuan. Pada bagian ini, belajar didefinisikan secara umum, kemudian dikaji melalui perspektif yang berbeda-beda berdasarkan teori belajar. Secara umum, belajar dipahami sebagai persisting change in capability resulting from the learner’s experience and interaction with the world (Driscoll & Driscoll, 2005: 11). Belajar dalam hal ini dianggap sebagai perubahan kemampuan yang dihasilkan dari pengalamandan interaksi dengan dunia. Menurut Ibnu Khaldun dalam Yaumi (2016) belajar juga dipandang sebagai pemerolehan kebiasaan (malaka/habitus) yang dihasilkan dari tindakan yang berulang-ulang hingga sampai pada bentuk akhir. Kebiasaan dibentuk secara bertahap dari warna jiwa.
Belajar juga dipahami sebagai perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan seseorang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya (Clark & Mayer, 2008).
Belajar adalah perubahan abadi dalam perilaku, atau kapasitas untuk berperilaku dalam suatu kebiasaan yang dihasilkan dari praktik atau bentuk lain dari pengalaman (Zimmerman & Schunk, 2008). Menurut Gagne, Wager, Golas, Keller, & Russell (2005: 2) learning is a change in human disposition or capability that persists over a period of time and is not simply ascribable to processes of growth. Maksudnya belajar merupakan perubahan dalam watak atau kemampuan manusia yang bertahan selama periode waktu dan bukan dipandang sebagai perubahan dalam proses pertumbuhan fisik.
Dengan demikian, belajar merupakan perubahan kemampuan manusia yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan internal yang mencakup pengetahuan, sikap, mental, dan keterampilan. Perubahan yang dimaksud terjadi dari dalam diri peserta didik yang belajar termasuk pikiran, perasaan, dan jiwa yang terbentuk melalui pengalaman.
Maka makalah ini akan membahas perspektif/pandangan belajar dan strategi pembelajaran.

B.                 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok yang akan dibahas sebagai berikut:
1.        Apa-apa persepektif belajar?
2.        Apa-apa strategi pembelajaran ?






BAB II
PEMBAHASAN
A.                Perspektif Belajar

Sebelum membahas beberapa perspektif belajar sebagai landasan psikologis dalam pengembangan media dan teknologi pembelajaran, kiranya perlu memberikan definisi tentang perspektif dan belajar secara terpisah. Secara umum, perspektif dimaknai sebagai cara memandang sesuatu (Duffy, McDonald, dan Mizell, 2003).
Belajar dapat dijelaskan secara umum dan khusus berdasarkan perspektif masing-masing oleh beberapa ilmuan. Pada bagian ini, belajar didefinisikan secara umum, kemudian dikaji melalui perspektif yang berbeda-beda berdasarkan teori belajar. Secara umum, belajar dipahami sebagai persisting change in capability resulting from the learner’s experience and interaction with the world (Driscoll, 2000: 11). belajar dalam hal ini dianggap sebagai perubahan kemampuan yang dihasilkan dari pengalaman dan interaksi dengan dunia. Belajar juga dipahami sebagai perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan seseorang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya (Mayer dan Clark, 2008).
Dengan demikian, belajar merupakan perubahan kemampuan manusia yang rekatif permanen sebagai akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan internal yang mencakup pengetahuan, sikap, mental, dan keterampilan. perubahan internal merujuk pada perubahan perasaan, dan jiwa yang terbentuk melalui pengalaman.
 Tiga pandangan belajar dari tiga perspektif, yaitu:
                               I.            Perspektif Behavioris
Behaviorisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental (Santock: 2011). Perilaku disini adalah sesuatu yang dapat dilihat dan disaksikan secara langsung. Seorang anak merekam suara dalam mengerjakan tugas untuk media audio, memasang poster untuk media visual, dan menyuting gedung sekolah untuk media video, adalah suatu bentuk perilaku yang dapat diamati.
Sedangkan pemikiran anak tentang cara membuat media audio, visual, dan video, perasaan guru ketika melihat tugas yang dilakukan oleh anak, dan motivasi anak dalam mengontrol perilakunya merupakan bentuk proses mental yang tidak dapat diamati secara langsung. Proses mental adalah pikiran, perasaan, dan motif yang dialami seseorang tetapi tidak dapat dilihat orang lain (Santrock, 2011: 266).
Dalam pandangan behavioris, belajar adalah perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi stimulus dan respon (Gredler, 1986). Proses belajar dari perspektif behavioris dapat dijelaskan melalui model A → B → C seperti: lingkungan menyajikan pendahuluan (A) yang mendorong perilaku (B) yang diikuti dengan Konsekuensi (C), kemudian menunjukkan apakah perilaku berubah lagi. Belajar terjadi jika peserta didik konsisten sesuai dengan cara yang diinginkan dalam dalam merespon lingkungan.
Media dan teknologi dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran mencakup media dalam bentuk teks, audio, video, dan komputer yang mengintegrasikan perangkat lunak sebagai tutorial dalam menghasilkan tugas pembelajaran (Moore, 2011). Peran media dan teknologi dalam pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Mengorganisasi berbagai bahan pembelajaran seperti teks, audio, video, dan latihan-latihan dalam program pembelajaran (Harasim, 2017).
b. Menyajikan bahan dengan menggunakan kartu flash untuk membantu peserta didik mendapatkan umpan balik secepatnya. Kartu flash terdiri atas dua sisi, sisi pertama berisi bahan atau sejumlah pertanyaan dan sisi kedua berisi jawaban. Ketika menggunakan kartu ini, satu sisi disajikan kepada peserta didik, setelah memberi respon peserta didik dapat membalikkan sisi lain dari kartu flash untuk melihat jawabannya (Jarvis, 2011).
c. Menyelesaikan tugas atau latihan dengan menggunakan program pembelajaran berbantukan komputer. Soal-soal dihimpun dalam suatu perangkat lunak (software) yang disesain untuk diselesaikan hanya dengan mengelik tombol A, B, C, atau D dengan menggunakan mouse. Setelah soal semuanya dijawab, skor secara otomatis akan keluar dan jika terjadi banyak kesalahan, peserta didik langsung dapat memeriksa kembali dengan jawaban yang benar dengan hanya mengelik tombol yang dibutuhkan (Dalsgaard, 2005).
d. Peserta didik dapat belajar mandiri dengan menggunakan kekuatan komputer (computer’s power). Di dalam komputer disediakan bahan-bahan sederhana, latihan dan elemen-elemen yang dipraktikan yang dapat ditambahkan pada program lain berupa tutorial, simulasi, atau program untuk peyelesaian masalah sehingga peserta didik dapat diajarkan secara mandiri (Moore, 2011).

                            II.            Perspektif kognitif
Teori medan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah proses mental yang terjadi dalam individu yang saling terkait secara dinamis dengan perilaku. Perspektif kognitif belajar memandang proses belajar sebagai suatu bentuk pengaktifan memori.
Sebagai akibat dari beberapa keterbatasan perspektif yang dikembangkan oleh kaum behavioris, perspektif belajar kognitif justru memberikan tanggapan langsung bahwa belajar bukan hanya dapat diamati melalui perubahan perilaku, melainkan juga perubahan struktur mental internal seseorang yang memberikan kapasitas padanya untuk menunjukkan perubahan perilaku (Porcaro, 2011). Struktur mental yang dimaksud mencakup pengetahuan, keyakinan, keterampilan, harapan, dan mekanisme lainnya dalam otak manusia.
Maka perspektif kognitif ini, mengakomodasi pengaktifan proses memori sebagai indikator belajar. Dalam hubungannya dengan peran media dan teknologi, perspektif kognitif memandang bahwa belajar akan dapat dilakukan dengan mudah jika memaksimalkan peran teknologi untuk  memfasilitasi proses kognitif termasuk mengorganisasi, menyebarkan, menghubungkan, mengasimilasi, dan mengakomodasi informasi bari dalam memori (Vaishnavi & Kuechler, 2015). Secara khusus, media dan teknologi dapat digunakan untuk:
a. Memetakan sejumlah informasi yang banyak dan meletakannya dalam bentuk ikhtisar yang berguna bagi peserta didik. Salah satu perangkat lunak (software) yang cocok untuk melakukan pemetaan ide adalah inspiration, yang dapat diunduh secara gratis melalui Internet (Siemens, 2014).
b. Mengumpulkan, menyeleksi, dan menggunakan informasi melalui jaringan (website). Berbagai situs dapat diakses untuk mencari dan memberi penguatan informasi. Integrasi situs-situs online dan informasi yang diperoleh secara langsung melalui sumber-sumber teks dapat membantu peserta didik untuk menyimpannya di dalam memori jangka panjang (Koehler, Mishra, & Cain, 2013).
c. Memvisualisasi data dan informasi dengan menggunakan program spreadsheet baik dalam bentuk bagan, gambar, maupun dalam bentuk tabel yang memudahkan peserta didik untuk menginput informasi secara cepat (Vaishnavi & Kuechler, 2015).
d. Menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan multimedia, yang menggabungkan unsur-unsur teks, suara, dan benda bergerak dapat membantu peserta didik dalam mengenal informasi baru dan informasi sebelumnya dengan bermakna (Siemens, 2014).

                         III.            Perspektif Konstruktivis
Jika perspektif behavioris memandang belajar sebagai perubahan prilaku yang dapat diamati dan perspektif kognitif memberi penekanan pada perubahan proses mental, maka perspektif kontruktivis mendefinisikan belajar sebagai proses konstruksi pengetahuan oleh peserta didik berdasarkan pengalaman yang telah dilalui.
Perspektif konstruktivis mengutamakan keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan interaksi dengan dunia nyata atau pengalaman belajar yang difasilitasi oleh pendidik. Pembelajaran berbasis konstruktivis memandang peserta didik dan proses belajar menjadi fokus utama, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator, dan atau bersama-sama peserta didik juga terlibat dalam proses belajar, proses konstruksi pengetahuan. Konstruktivis merupakan kumpulan teori termasuk pembelajaran generatif (generative learning), discovery learning, dan situated learning (Newby et al., 2011). Ide yang paling terkenal dari teori konstruktivis adalah individu secara aktif mengonstruksi pengetahuan melalui bekerja untuk menyelesaikan persoalan realistik dengan berkolaborasi dengan yang lain.
Peran media dan teknologi dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi terbentuknya interaksi secara kolaboratif dan membangun makna dalam konteks yang lebih dapat dipahami secara bermakna. Secara perinci media dan teknologi dapat diarahkan untuk:
a. Membangun jaringan komunikasi kolaboratif antara peserta didik, dosen, guru, atau instruktur, dan sumber belajar. Beberapa software online yang dapat digunakan untuk telekonferensi adalah skype, yahoo messenger, face book video conference, dan jaringan line yang digunakan secara sinkronus (synchronous) dan email, mailing list, web-blog untuk komunikasi asinkronus (asyncronous) (Gould & Taylor, 2017).
b. Menyediakan berbagai lingkungan penyelesaian masalah yang kompleks, realistik, dan aman. Teknologi yang dapat digunakan untuk menyediakan lingkungan yang nyaman adalah hypermedia dan software yang dapat digunakan untuk menciptakan projek(Koehler et al., 2013).
c. Membangun dan menciptakan makna secara aktif melalui Internet untuk mencari riset-riset mutakhir, foto-foto, video. Hal ini dapat membantu peserta didik bukan hanya sekadar menikmati penelusuran itu, melainkan juga dapat belajar dan memelihara apa yang dipelajarinya (Mayo, 2010)

B.                        Strategi Pembelajaran
Secara umum, strategi dipahami sebagai cara melakukan sesuatu. Strategi pembelajaran merupakan cara melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Banyak sekali strategi atau metode yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Diantaranya adalah:
Ceramah
Strategi ini sangat umum digunakan baik oleh guru sekolah dasar dan menengah, perguruan tinggi, dan pelatihan. Metode ini sering digunakan untuk membuka suatu prmbelajaran, ketika waktu terbatas sedangkan bahan yang disampaikan banyak, dan jumlah peserta didk yang relatif banyak. Metode ceramah adalah penuturan bahan pembelajaran secara lisan yang diikuti dengan Tanya jawab. Metode ini dibarengi dengan penggunaan media dan teknologi seperti buku catatan, kapur atau spidol, papan tulis, dll.
Presentase
Presentase adalah penyajian informasi kepada audiens dengn menggunakan alat bantu computer/laptop dan projector untuk menampilkan bahan dalam bentuk visual, audio, video, dan multimedia. Presentase yang baik dapat memaksimalkan penggunaan software powerpoint.
Demonstrasi
Demonstrasi adalah strategi penyajian bahan pembelajaran melalui peragaan dengan menunjukkan suatu proses, prosedur kerja, atau langkah-langkah kegiatan. Terdapat beberapa media yang dapat digunakan dalam mendukung kegiatan demonstrasi. Video merupakan media dan teknologi yang sangat bagus untuk diterapkan dalam menopang kegiatan demonstrasi.
Diskusi
Diskusi adalah strategi pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan untuk dikaji, dianalisis, dan dipaparkan melalui forum untuk mencapai kesepakatan. Media yang mungkin digunakan adalah lembar lepas atau handout, laptop, LCD Dll.
Latihan dan Praktik
Laihan dan praktik adalah strategi pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik secara individu untuk menguasai keterampilan dasar atau pengetahuan melalui pekerjaan yang berulang-ulang.
Tutorial
Tutorial adalah strategi pembelajaran mandiri yang menyediakan informasi secara bertahap untuk menyajikan konsep atau satuan pelajaran.
Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan strategi pengelompokkan dimana peserta didik bekerjasama untuk saling mendapatkan keuntungan dari potensi belajar anggota lainnya.

Simulasi
Simulasi adalah strategi yang menggunakan situasi tiruan untuk menyampaikan pembelajaran.

Permainan
Permainan juga disebut sebagai belajar berbasis game atau permainan pendidikan. permainan adalah strategi pembelajaran yang mengintegrasikan permainan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan dalam situasi yang menyenangkan.

Inquiri
Inquiri adalah suatu strategi pembelajaran yang menempatkan pertanyaan, pandangan, dan observasi peserta didik sebagai pusat pengalaman belajar.












BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
1.      Tiga pandangan belajar dari tiga perspektif, yaitu: Perspektif Behavioris, Perspektif kognitif, dan Perspektif Konstruktivis.

        2. Banyak sekali strategi atau metode yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Diantaranya adalah: Ceramah, Presentase, Demonstrasi, Tutorial, Belajar Kooperatif, Simulasi, Permainan, dan Inquiri





























DAFTAR PUSTAKA

Bates, A. W., & Poole, G. (2003). Effective Teaching with Technology in Higher Education: Foundations for Success. ERIC.
Brush, F. R. (2014). Aversive conditioning and learning. Academic Press.
Cegielski, C. G., Allison J, L., Wu, Y., & Hazen, B. T. (2012). Adoption of cloud computing technologies in supply chains: An organizational information processing theory approach. The International Journal of Logistics Management, 23(2), 184–211.
Clark, R. C., & Mayer, R. E. (2008). Learning by viewing versus learning by doing: Evidence-based guidelines for principled learning environments. Performance Improvement, 47(9), 5–13.
Cobern, W. W. (1993). Contextual constructivism: The impact of culture on the learning and teaching of science. In The practice of constructivism in science education (pp. 51–69). Lawrence Erlbaum.
Dalsgaard, C. (2005). Pedagogical quality in e-learning: Designing e-learning from a learning theoretical approach. E-Learning and Education.
Driscoll, M. P., & Driscoll, M. P. (2005). Psychology of learning for instruction.
Eggen, P. D., & Kauchak, D. P. (2007). Educational psychology: Windows on classrooms. Prentice Hall.
Gagne, R. M., Wager, W. W., Golas, K. C., Keller, J. M., & Russell, J. D. (2005). Principles of instructional design. Performance Improvement, 44(2), 44–46.
Goldin, G. A. (1990). Chapter 3: Epistemology, constructivism, and discovery learning in mathematics. Journal for Research in Mathematics Education. Monograph, 4, 31–210.
Gould, N., & Taylor, I. (2017). Reflective learning for social work: research, theory and practice. Routledge.
Gredler, M. E. (2009). Learning and instruction: Theory into practice. New Jersey: Prentice Hall.
Harasim, L. (2017). Learning theory and online technologies. Taylor & Francis.
Hockey, G. M., Gaillard, A. W. K., & Coles, M. G. H. (2012). Energetics and human information
processing (Vol. 31). Springer Science & Business Media.
Hutchison, E. D., & Charlesworth, L. W. (2003). Theoretical perspectives on human behavior.
Hutchison (Ed.), Dimensions of Human Behavior: Person and Environment, 2, 46–88.
Jarvis, P. (2011). Paradoxes of learning: On becoming an individual in society (Vol. 80). Routledge.
Karagiorgi, Y., & Symeou, L. (2005). Translating constructivism into instructional design:
Potential and limitations. Journal of Educational Technology & Society, 8(1).
Koehler, M. J., Mishra, P., & Cain, W. (2013). What is technological pedagogical content
knowledge (TPACK)? Journal of Education, 13–19.
Lachman, R., Lachman, J. L., & Butterfield, E. C. (2015). Cognitive psychology and information processing: An introduction. Psychology Press.
Lever-Duffy, J., McDonald, J., & Mizell, A. (2015). Teaching and Learning with Technology. New
York: Pearson Education Inc.
Mayo, J. A. (2010). The epistemological roots of constructivism. American Psychological Association.


No comments:

Post a Comment

silakan komentar