Ceritanya dalam momentum dakwah di pulau jawa yang juga sekaligus ana mengsukseskan acara akbar Muktamar III Wahdah Islamiyah (WI) yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Kini kegiatan monumental tersebut telah selesai dan secara resmi ditutup. Banyak hal yang ana rasakan yang menjadi panitia khususnya panitia konsumsi.
Yang menarik adalah proses perjalanan yang harus kami tempuh. Tidaklah mudah karena kami beserta para ikhwa dan akhwat berjuang mensukseskan untuk pertamakalinya di luar Sulawesi, tidak tanggung-tanggung langsung di ibu kota Negara : JAKARTA. ALLAHUAKBAR
Pada penutupan muktamar yang diikuti oleh 2500 perserta dari seluruh Indonesia ini dilakukan oleh Ketua Umum terpilih Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin. “Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah, Muktamar III Wahdah Islamiyah saya nyatakan ditutup,” kata Ustadz Zaitun Rasmin sembari memukulkan palu sidang yang disambut pekikan Takbir oleh peserta dalam penutupan Muktamar III Wahdah Islamiyah, Rabu petang (20/07). Mengenai dirinya yang kembali diberi amanah memimpin ormas Islam yang lahir di korta Makassar ini , Ustadz Zaitun mengakui bahwa hal itu merupakan tugas dan tanggung jawab yang berat. “Beban berat ada di pundak saya. Tugas kita ke depan tidak ringan. Apalagi kita akan kembangkan (Wahdah) ke kabupaten dan kota seluruh Indonesia,” katanya semangat. Wakil Sekjen MUI Pusat ini bertekad akan lebih berkontribusi untuk ummat dan bangsa serta membangun kerjasama dan sinergitas dengan berbagai komponen ummat dan bangsa.
Ust zaitun memberikan cendramata ke Pak JK Wakil Presiden setelah membuka secara resmi MUKTAMAR |
Untuk mewujudkan tekad itu beliau menargetkan paling tidak Wahdah akan ada dan eksis di 80 persen kabupaten/kota se-Indonesia. “Program inti, tahun 2030 Wahdah Islamiyah ingin lebih berkontribusi di seluruh daerah “, ucapnya di hadapan awak media usai penutupan Muktamar. Secara khusus beliau menargetkan Wahdah bisa berkembang di Pulau Jawa dan Sumatera. “Kami sudah berkontribusi di Sulawesi dan Kalimantan, kini akan berkontribusi di Jawa dan Sumatera”, imbuhnya. Wakil Ketua MIUMI Pusat ini optimis kaum Muslimin di Jawa akan menerima kehadiran Wahdah Islamiyah yang mengusung konsep dan manhaj wasathiyah dalam da’wah dan pergerakanya. “Insya Allah kaum muslimin di Pulau Jawa tidak sulit menerima Islam wasathiyah ini,” pungkasnya.
Acara di masjid Istiqlal Jakarta |
Selain Muktamar III Wahdah Islamiyah berlangsung empat hari sejak 17-20 Juli 2016 ini ada banyak cerita menarik di dalamnya. Tak hanya diikuti kurang lebih 2500 peserta dari seluruh Indonesia, Wapres HM Jusuf Kalla secara resmi membuka muktamar ini pada Selasa (19/07/2016). Yang spesial adalah yang telah di liput oleh media-media Islam :
Perhelatan Muktamar III Wahdah Islamiyah di Asrama Haji Pondok Gede meninggalkan kesan positif yang membekas bagi banyak kalangan.
Dalam pantauan Suara Islam Online, Muktamar ormas Islam yang berbasis di Sulawesi Selatan ini memang berbeda dengan muktamar yang digelar organisasi-organisasi lain. Tiga hal yang paling menonjol adalah pertama, dipasangnya pembatas yang cukup tinggi antara peserta laki-laki dengan perempuan di arena utama sidang pleno muktamar. Peserta Muslimah menduduki area paling belakang dan mereka hanya melihat pimpinan sidang datau suasana sidang melalui layar.
Jika biasanya dalam bermuktamar, ormas Islam terkadang bercampur baur antara pria dan wanita atau kalaupun dipisah, ruangan muktamar hanya dibagi antara kursi peserta wanita dan kursi peserta pria.
Namun dalam Muktamar Wahdah Islamiyah, bukan hanya dibuat pembagian khusus kursi antara pria dan wanita bahkan ada ruangan khusus yang dipisahkan dengan pembatas sehingga menutup ruangan bagi peserta muktamar wanita.
“Sejak awal memang ada adab-adab yang sangat kita jaga dalam berorganisasi, salah satunya adalah membatasi interaksi antara ikhwan dan akhwat. Meskipun dalam sejumlah agenda-agenda kegiatan dari segi komunikasi tidak dibatasi sama sekali tapi interaksi secara langsung memang dari awal tradisi itu sudah kita terapkan,” ungkap Ali Akbar salah seorang panitia dari DPD Wahdah Islamiyah Bogor kepada Islampos.com di sela-sela penutupan Muktamar Rabu petang kemarin (20/7/2016).
Ana bersama panitia muktamar |
Dalam pantauan Islampos.com, panitia membuat aula gedung serbaguna Asrama Haji Pondok Gede – yang menjadi tempat muktamar – menjadi dua ruangan terpisah membatasinya dengan sekat besar, seperti layaknya di masjid.
Menurut Ali, meskipun dipisah dengan sekat besar tapi peserta muktamar wanita tetap bisa secara leluasa menyampaikan pandangan-pandangan mereka, bertanya ataupun melakukan intrupsi.
“Kita fasilitasi mikrofon di belakang, jadi jamaah akhwat yang mau bertanya atau interupsi menggunakan kode, biasanya mikrofonnya diketuk beberapa kali,” jelas Ali ketika ditanya bagaimana prosedur peserta muktamar wanita ketika akan bertanya jika ruangan mereka disekat sedemikian rupa. Selain itu, ruangan peserta wanita disediakan layar, sehingga mereka tetap bisa melihat apa yang terjadi di ruangan utama muktamar.
Hal unik lainnya, dalam muktamar kali ini Wahdah Islamiyah membuat acara khusus bagi anak-anak peserta muktamar yang jumlahnya hingga 400 anak tersebut. Anak-anak itu dilibatkan dalam acara perlombaan hingga berwisata ke Taman Mini dan Ancol.
“Kami ingin, para peserta muktamar tidak dipusingkan bagaimana nasib anak-anak mereka yang ikut datang kesini,” ujar Ali. Dan tentu saja, acara muktamar Wahdah Islamiyah, di luar maupun di dalam ruangan, bersih dari asap rokok. ( BACA : Muktamar Wahdah Islamiyah Ikhwa dan akhwat di pisah )
Kedua, dibentuknya Kids Care Team yang menangani sekira 400 anak dengan berbagai perlombaan dan permainan sehingga anak-anak Muktamirin sama sekali tidak mengganggu jalannya muktamar. (Baca: Begini Kegiatan 400 Anak Putra Peserta Muktamar III Wahdah Islamiyah Selama di Jakarta)
Ketiga adalah kemampuan panitia menjaga kebersihan dan kerapihan lokasi muktamar. Panitia membentuk panitia khusus untuk menjaga kebersihan di setiap lokasi, seperti Aula Utama Muktamar di Gedung Serba Guna 2, Masjid dan Asrama tempat penginapan. Ada sekira 70 orang yang secara khusus menangani kebersihan yang merupakan kader-kader Wahdah dari daerah.
Saat Suara Islam Online berkunjung ke Asrama Gedung D-2 pada Kamis (21/07) misalnya, di lantai dua yang telah ditinggalkan oleh peserta semuanya tertata rapi dan bersih. Tak ada sampah berserakan, bahkan tempat tidur juga rapi.
"Pengelola senang, mereka tinggal lihat-lihat saja, mengecek," kata Anwar Aras, salah satu panitia saat berbincang dengan Suara Islam Online.
Hal ini juga diakui pemilik kios oleh-oleh Asrama Haji Pondok Gede H. Tarham. Ia mengaku salut dan kagum atas ketertiban dan kerapian Wahdah selama menggelar acara Muktamar di Asrama Haji Pondok Gede. Bagi dia selama mereka tinggal di Pondok Gede, baru menyaksikan dan mengatakan bersih, tertib, rapi dan teratur dan tidak ada yang ribut.
"Saya baru kali ini saya menyaksikan seluruh areal yang ditempati mulai dari lapangan sampai asrama ditinggalkan dalam keadaan bersih", ujarnya. "Saya bukan meng"ini"kan yang lain tapi benar begitu, seluruh panitia sampai pimpinan turun tangan, sampai pimpinan turut pungut sampah", tambahnya.
Senada dengan H. Tarham, salah seorang petugas Satpam juga mengakui semua ruangan yang ditempati di Asrama Haji juga dibersihkan oleh panitia. "Memang seumur-umur di Asrama baru kali kali menemukan panitia kebersihannya sangat rapi,"ucapnya.
Ia mengaku telah mengontrol semua area Muktamar dan ditemukan semuanya sudah dalam kondisi rapi. "Tadi kita sudah kontrol yang ditempati peserta wanitanya, ternyata semua gedung sudah dibersihkan", katanya.
Bukan hanya area Laki-laki, hal yang sama juga terjadi area perempuan."Yang wanitanya panitia kerjasama membersihkan gedung yang mereka tempati", pungkasnya. (Baca : SEMUA KAGUM MUKTAMAR WI)
Berbagai kegiatan kegiatan digelar dalam menyemarakkan muktamar ini. Diantaranya Raod Show Tabligh Akbar Sejuta Cinta Indonesia (SCUI) yang dihelat di 64 Kota seluruh Indonesia. Khusus kegiatan Raod Show Tabligh Akbar Sejuta Cinta Indonesia (SCUI) ini ana ikut terlibat sukseskan di DEPOK sebagai panitia.
Pada puncak Raod Show Tabligh Akbar Sejuta Cinta Indonesia (SCUI) yaitu Silaturrahim dan Tabligh Akbar SCUI yang digelar di Masjid Istiqlal dengan menghadirkan Syekh Hasan Abdul Hamid Bukhari. Selain di itu di arena Muktamar digelar Daurah Nasional.
Daurah ini diperuntukan bagi peserta pendukung bidan pengunjung Muktamar. Hadir sebagai nara sumber beberapa pembicara, diantaranya, Syekh DR. Isa al-Masmali (dosen Univ. Ummul Quro Makkah), Ustad Salim A Fillah (penulis buku-buku Islami), Ustadz Ilham Jaya Abdurrauf (Kandidat Doktor CASIS UTM Malaysia), Ustad Hendri Tanjung, Ph.D (Dosen UIKA Bogor), Ustadz Bendri Jaysyurrahman (Pakar Parenting Islami), Ustad Saiful Yusuf, Lc (Perwakilan WI Riyadh), dr. Ustadz Ihsan Jaya (praktisi thubun Nabawi).
No comments:
Post a Comment
silakan komentar