Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Mahasiswa Pencinta Mushola (MPM) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar seminar nasional bertajuk Menemukan Makna Islam di Bumi Nusantara.
Seminar yang digelar Minggu, 29 November inimenghadirkan dua narasumber yakni Muh. Ikhwan Djalil, Lc., MHI, Sekretaris MUI Sulawesi Selatan dan Dr. Tiar Anwar Bachtiar, Dosen Pasca Sarjana UIKA Bogor. Dalam seminar ini dibahas bagaimana sejarah raja dan pahlawan muslim Indonesia dalam perannya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah.
Muh. Ikhwan Djalil menu turkan di Indonesia sendiri, peran Islam tidak bisa dilepaskan dalam kemerdekaan Indonesia, contoh hadirnya Sultan Hasanuddin, seorang raja Gowa yag kukuh mempertahankan Syariat Islam di tanah kerajaannya.
“Walaupun dalam kenya taan, kita muslimin tidak men dapatkan kesempatan untuk lebih mengaplikasikan akhlak Islam pada zaman penjajahan,” ujar pria yang lahir di Surabaya ini.
Setelah menelusuri peran Islam di masa penjajahan, se lanjutnya Tiar Anwar Bachtiar mengulas bagainana per kembangan islam di Indonesia pada saat ini, seperti munculnya istilah Islam Nusantara.
Awalnya istilah Islam Nu santara dimaknai sebagai orang Islam yang menetap di Indonesia. Namun saat ini kata “Islam Nusantara” dimaknai sebagai suatu kata sifat yang menimbulkan makna yang am bigu. Ada pernyataan seorang tokoh nasional mengatakan bahwa Islam yang harusnya kita kembangkan di Indonesia adalah Islam Nusantara, bukan Islam Arab.
“Penggunaan istilah Islam Arab, Islam Nusantara, dan istilah lain adalah tidak tepat, sebab dari zaman Rasulullah kata Islam ini berdiri sendiri. Islam yang ada di Indonesia tidak berbeda dengan Islam yang ada di Arab,” ulas pria yang menyelesaikan S1-nya di Universitas Padjajara Bidang Sejarah ini.
Islam tidak melarang me nerapkan budaya selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan syariat al-Qur’an dan as-Sunnah.
ditulis ulang di koran SKEMA FAJAR
No comments:
Post a Comment
silakan komentar