Pages

Sunday, 19 June 2016

SEPEKAN SUDAH RAMADHAN BERLALU



Sepekan sudah Ramadhan berlalu
Tidak ada yang terlihat kecuali hanya jumlah shaf mereka yang shalat berjama'ah mulai berkurang, warung-warung makan terbuka di siang hari dan kembali ramai dikunjungi kaum muslimin, supermarket dan aktivitas-aktivitas duniawi lainnya mulai rutin di laksanakan, persis sama ketika di luar Ramadhan. Sering kita mendengar nasihat dan peringatan hal ini dari mimbar-mimbar.


Mungkin kita tidak termasuk dari mereka. Kita keluar dari daftar orang-orang yang semangat hanya di awal Ramadhan saja. Bahkan kita menjadi saksi hilangnya mereka dari rentetan ibadah setelah masuk pertengahannya. Kita terkadang menatap sedih dan kasihan, namun sayangnya sering kita sibuk mencari mereka yang hilang dari shaf-shaf shalat, lalu lupa untuk memuhasabah diri sendiri.

Sepekan sudah Ramadhan berlalu
Pernahkah engkau bertanya pada dirimu sendiri, apakah puasa yang kita lakukan diterima oleh Allah? ataukah lapar dan dahaga kita selama ini tidak membuahkan hasil apa-apa?

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi)

Sepekan berlalu kita menahan diri dari makanan dan minuman di siang hari, mengisi waktu dengan ketaatan demi ketaatan kepada sang Khaliq, dan semua rutinitas ibadah yang kita lakukan tujuannya untuk menambah kualitas ketakwaan. Tapi, apakah kita sudah merasa aman dari semua itu? Mencukupkan diri dan merasa puas? Kalla... Ceklah kembali amalan-amalan kita, saudaraku. Semoga tidak ada perusak-perusak keikhlasan dan kualitas yang menyertainya. Karena, betapa ruginya dan sungguh betapa ruginya orang-orang yang berpuasa di siang hari lalu tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Padahal Allah menjanjikan pahala yang luar biasa bagi mereka yang berpuasa.

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim no. 1151)

Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan, "Hadits di atas adalah mengenai pengecualian puasa dari amalan yang dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan hingga 700 kebaikan yang semisal. Khusus untuk puasa, tak terbatas lipatan ganjarannya dalam bilangan-bilangan tadi. Bahkan Allah ‘Azza wa Jalla akan melipatgandakan pahala orang yang berpuasa hingga bilangan yang tak terhingga."

Sepekan sudah Ramadhan berlalu
Pernahkah sekali kita bertanya, apakah puasa ini memberi atsar kebaikan pada diri kita? Sudahkah Ramadhan memberikan perubahan yang berarti bagi kehidupan kita? Tanyakanlah pada diri-diri kita, jangan sampai kondisi kita sama saja dengan yang sebelum-sebelumnya. Puasa tidak menghalangi kita dari akhlak yang buruk, tidak pula menjadi benteng untuk lisan yang tak terjaga.

Duhai, betapa banyak puasa yang menjadi debu tak berarti karena perangai dan perkataan yang buruk.

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan az-zuur malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

As Suyuthi mengatakan bahwa az zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1/121).

Sebagian hari-hari Ramadhan telah meninggalkan kita, dan dengan penuh harap semoga yang telah pergi itu membawa kebaikan dan saksi buat kita di hadapan Allah. Jikalaupun hari-hari kemarin terisi dengan fitnah, hasad, dan perbuatan-perbuatan keji lainnya, maka segeralah bertaubat dan kemudian mengikutinya dengan kebaikan di sisa-sisa Ramadhan ini.

عن أبي ذر جُندب بن جُنادة وأبي عبد الرحمن معاذ بن جبل رضي الله تعالى عنهما، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “اتَّق الله حيثما كنت، وأتْبع السيِّئةَ الحسنةَ تَمحُها، وخالِق الناسَ بخُلُق حسن”رواه الترمذي، وقال: ” حديث حسن”، وفي بعض النسخ: “حسن صحيح“.

Dari Abu Dzarr Jundab ibn Junaadah dan Abu Abdirrahman Mu’aadz ibn Jabal radhiallahu andhumaa, dari Rasulullah shallallahu alaih wasallam bersabda : “Bertaqwalah engkau dimanapun engkau berada, dan ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya, dan perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik“. (HR Tirmidzi dan dia berkata : “Hadits hasan” dan pada sebagian naskah : “Hasan shahih”)

Sepekan sudah Ramadhan berlalu
Perhatikanlah baik-baik amalan harian kita, agar sekali lagi, jangan sampai seluruh amalan kita habis terbakar dan tidak menyisakan apa-apa, kecuali kerugian.

Pergaulilah manusia dengan cara yang baik, jangan bermajelis dengan mereka kecuali dalam kebaikan dan berdizikir kepada Allah. Hindarilah oleh kita perkataan yang sia-sia, menghabiskan waktu, dan perkataan jorok lagi porno.

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih)

Apa yang dimaksud dengan lagwu? Dalam Fathul Bari (3/346), Al Akhfasy mengatakan,

اللَّغْو الْكَلَام الَّذِي لَا أَصْل لَهُ مِنْ الْبَاطِل وَشَبَهه

“Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.”

Sedangkan rofats Dalam Fathul Bari (5/157), Ibnu Hajar mengatakan,

وَيُطْلَق عَلَى التَّعْرِيض بِهِ وَعَلَى الْفُحْش فِي الْقَوْل

“Istilah Rofats digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan keji.”

Inilah di antara perkara yang bisa membuat amalan seseorang menjadi sia-sia. Betapa banyak orang yang masih melakukan seperti ini, sekalipun kerongkongannya kering dari air dan lambungnya kosong dari makanan, namun begitu mudahnya mengeluarkan kata-kata kotor, dusta, sia-sia dan menggunjing orang lain.

Padahal sejatinya puasa tidak hanya menahan seseorang dari makan dan syahwat saja. Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan petuah yang sangat indah : “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.”
Pilihan
Sepekan sudah Ramadhan berlalu
Maka introspeksi dirilah, tidak hanya betapa banyak jumlah ketaatanmu kepada Allah, namun juga bagaimana kualitas keikhlasan dan amalanmu itu. Khawatirkanlah diri kita selalu agar tidak termasuk dalam golongan mereka yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan haus saja.

#semoga bermanfaat
Saudaramu yang menanti maaf darimu karena lisan yang tak terjaga.

VIDEO CERAMAH RAMADHAN KEMARIN
 

No comments:

Post a Comment

silakan komentar