Pages

Tuesday, 12 June 2012

Syirik, Penyakit Ganas yang Melanda Fithrah

 

 

Pada dasarnya tubuh manusia itu sehat dan bebas dari penyakit. Hanya saja tubuh itu menjadi rentan apabila manusia lengah, tidak menjaga dan merawatnya, sehingga penyakit apa saja bisa menjangkitinya.

Demikian pula halnya jiwa manusia. Awal penciptaannya adalah bersih dan suci. Allah mengabarkan hal ini dengan firmanNya:
"Dan ingatlah ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Rabbmu?' Mereka menjawab: 'Betul, kami menjadi saksi'." (Al-A'raaf: 172).

Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengilhamkan kepada manusia bahwasanya Allahlah satu-satunya Rabb mereka, tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Dan dalam surat Ar-Ruum Allah berfirman, artinya:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu". (Ar-Rum : 30)

Jadi jelas bahwa manusia terlahir secara fitrah, yakni mentauhidkan Allah. Sebagaimana pula yang disabdakan oleh Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Tidak lahir seoarang bayi kecuali dilahirkan  dalam keadaan suci, kemudian kedua orang tuanya  yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi" (HR. Al-Bukhari Muslim)

Namun sebagaimana tabiatnya jasad, jiwa manusia demikian rentan terhadap penyakit apabila kemurnian fitrah itu tidak dijaga, lengah dari dzikir kepada Allah, sehingga syetan menjauhkannya dari fitrah tersebut. Dan saat itulah berbagai penyakit jiwa masuk dan mengotori fitrahnya,
Syirik adalah salah satu penyakit jiwa yang paling berbahaya. Karena bukan hanya kehinaan di dunia, tapi keseng-saraan abadi yang akan diperoleh pelakunya di akhirat nanti.

Sebab-sebab syirik

Ada beberapa hal yang menyeret manusia menuju kepada kesyirikan. Diantaranya:

  1. Kekaguman dan pengagungan .(I'jab wa ta'zhim)
    Dalam batas tertentu, kedua hal di atas tidaklah cela, justru dibutuhkan. Sebagaimana kekaguman dan penghormatan seseorang kepada para nabi, orang-orang shalih, dan pemimpin. Namun hal ini akan sangat berbahaya apabila melampaui batas sehingga pada tingkat pengkultusan. Saat itulah seseorang telah masuk pada lingkaran kesyirikan. Karena pengkultusan hanya menjadi hak Allah semata. Dan kesyirikan yang dilakukan kaum Nuh yang mengawali kesyirikan di muka bumi ini juga berangkat dari hal ini.
     

  2. Kecenderungan pada hal-hal yang inderawi serta lengah akan hal-hal yang tidak bisa diindra (gaib).
    Manusia difitrahkan untuk mengimani sesuatu yang bila diketahui keberadaannya dengan pendengaran, penglihatan, bisa diraba dan dirasa di samping mengimani hal-hal yang di luar jang-kauan indera dan akalnya.
    Jika ia hanya condong pada sesuatu yang tampak saja dengan melengahkan hal-hal yang gaib, sedikit demi sedikit ia akan masuk pada penyimpangan (kesyirikan). Pada tahap awal ia mungkin tidak mengingkari keberadaan Allah. Akan tetapi ia mereka-reka dan mencari-cari suatu bentuk yang lebih konkrit, yang dikhayalkan memiliki sebagian sifat ketuhanan seperti mendatangkan manfaat dan mudharat yang berupa manusia, malaikat, jin, dan patung-patung serta benda-benda lainnya. Mereka menyembahnya di samping menyembah Allah. Allah berfirman, artinya: "Dan sesunggunya jika engkau (wahai Muhammad)  bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu : "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Sudah tentu mereka menjawab: "Allah". Ucapkan (wahai Muhammad): "Alhamdu-lillah" (sebagai syukur disebabkan pengakuan mereka yang demikian - tidak mengingkari Allah), bahkan kebanyakan mereka tidak Mengetahui (hakikat tauhid dan pengertian syirik). (Luqman: 25)

    Sebagaimana penyakit yang tidak segera diobati, kesesatan inipun meluas, hingga mereka menggambarkan sembahan-sembahan itu sebagai Allah yang memiliki seluruh sifat-sifat ilahiah. Orang-orang Majusi menisbatkan api sebagai tuhan yang bisa menghidupkan dan mematikan, mendatangkan manfaat dan menolak bencana, sementara orang-orang Nasrani mengatakan Isa bin Maryam adalah Allah.
    "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata :"Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam". (Al-Maidah: 72).
    Bahkan Bani Israil lebih dari itu. Mereka mengatakan pada nabinya:
    "Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang". (Al-Baqarah: 55).
     

  3. Menuruti hawa nafsu dan syahwat. Nafsu dan syahwat manusia akan selalu menyeru pada penyimpangan. Dan manusia banyak yang tersesat olehnya. Allah berfirman:
    "Nampakkah (wahai Muhammad) keburukan keadaan orang yang menjadikan hawa nafsunya: Tuhan yang dipuja lagi ditaati"? Maka dapatkah engkau menjadi pengawas yang menjaganya jangan sesat?" (Al-Furqan: 43)
     

  4. Kesombongan untuk beribadah kepada Allah (Alkibru min 'ibadatillah). Kesombongan ini diawali dari kesombongan di hadapan manusia yang berlanjut pada kesombongan untuk taat pada Allah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  bersabda:
    "Tidak akan masuk Surga barangsiapa yang di hatinya ada kesombongan walau hanya seberat biji sawi". (HR. Muslim).
    Allah menerangkan pada kita melalui kitabNya bahwa kesombongan adalah termasuk hal yang menyebabkan syirik. Sebagaimana kisah Namruz. Allah berfirman, artinya:
    "Tidakkah engkau (pelik) memikirkan  (wahai MUhammad)  tentang orang yang berhujah membantah Nabi Ibrahim (dengan sombongnya) mengenai Tuhanya, karena Allah memberikan orang itu kuasa pemerintahan? Ketika Nabi Ibrahim berkata lagi: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan". Nabi Ibrahim berkata lagi: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, oleh karena itu terbitkanlah dia dari barat?" Maka tercenganglah orang yang kafir itu (lalu diam membisu). Dan ingatlah, Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim". (Al-Baqarah : 258)

    Kisah kesombongan Fir'aun yang menolak untuk menyembah Allah bahkan mendakwakan dirinya tuhan, Allah berfirman, artinya: "Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata:"Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku."  (Az-Zukhruf: 51) dan: "Pergilah kamu kepada Fir'aun, susungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Apakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabbmu agar supaya kamu takut kepadaNya. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mu'jizat yang besar. Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). maka ia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: "Akulah Rabbmu yang paling tinggi". Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia." (An-Nazi'at: 17-25)
     

  5. Adanya orang-orang yang melampaui batas yang menghendaki manusia mentaati dan menghambakan diri pada mereka. Mereka ini dengan kekuasaannya membuat undang-undang yang bertentangan dengan hukum Allah dan memaksa manusia mentaati dan memakainya. Allah berfirman, artinya:
    "Tidakkah engkau melihat (dan merasa ajaib) terhadap orang-orang kafir yang telah menukar kesyukuran nikmat Allah dengan kekufuran, dan yang telah menempatkan kaum mereka dalam kebinasaan?" (Ibrahim : 28)
    Itulah  perbuatan-perbuatan yang mengantarkan manusia menuju jurang kesyirikan dengan segala kehinaan dan kedahsyatan balasan yang akan diterima para pelakunya. Allah telah menjanjikan untuk mereka adzab Neraka yang mana panasnya tujuh puluh kali lipat dari api dunia.
    Dari Jabir Radhiallahu anhu , sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  bersabda :
    "Barangsiapa menemui Allah dalam keadaan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun maka dia masuk Surga. Dan barangsiapa menemui Allah dengan menyekutukanNya, maka ia masuk Neraka". (HR. Muslim).

Semoga Allah berkenan selalu membimbing dan memberikan rahmat-Nya pada kita sehingga kita termasuk orang-orang yang berada pada fitrah yang Allah telah menciptakan manusia menurut firtrah itu.(Zuhriyah )

Sumber : Buletin An-Nur Online

 

2 comments:

  1. Penyakit hati seringkali sukar dideteksi. Sering kita merasa sempurna padahal hati kita menyimpan borok. Na'udzu billah ...

    btw, terimakasih ya sudah menyempatkan hadir di fort Rotterdam. Maaf tak sempat menyapa, Abid yang duduk di depan ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bu.., maaf buru-buru pulang karena hari jumat harus urus mesjid dekat rumah.

      selamat ya bu....barakallohufik.

      Delete

silakan komentar