MIMPIKAN INDONESIA LEBIH
BERADAB
Menurut Pimpinan Wilayah Majelis
Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Sulsel, Dr. H. Rahmat Abdul
Rahman, Lc., MA, kehadiran MIUMI untuk merangkul para ulama dan ilmuan dari
segala ormas serta gerakan sosial demi mewujudkan mimpi Indonesia yang lebih
beradab.
Bisa diceritakan sedikit, seperti apa MIUMI ini?
MIUMI merupakan
wadah yang didirikan untuk mengakomodasi para ilmuan dan ulama muda, yang
bertujuan mengembangkan tradisi keilmuan di tengah ummat dan masyarakat pada
umumnya. Tagline dari MIUMI adalah menuju Indonesia lebih beradab. MIUMI
menekankan kepada dua sisi kajian, yakni ilmu dan adab. Ilmu tanpa adab sama
dengan tidak adanya ilmu, begitupun sebaliknya. Hingga saat ini, MIUMI ada di
berbagai wilayah di Indonesia. Bukan berbasis wilayah, namun berbasis ulama.
MIUMI tidak mementingkan penyebaran di wilayah atau kabupaten/ kota namun
kepada gerakan sosial di masyarakat yang dijadikan sebagai obyek penyebaran.
Bisa disebutkan salah satu program MIUMI yang dalam
waktu dekat ini akan dilaksanakan?
MIUMI memiliki
banyak program, salah satunya adalah Silaturahmi Nasional (Silatnas) yang
pertama kali akan dilaksanakan di Makassar pada tanggal 18-20 Desember 2015.
Kegiatan Silatnas ini juga dilaksanakan di lima wilayah di Indonesia, seperti
Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Makassar.
Seperti apa persiapan yang dilakukan oleh MIUMI
menghadapi kegiatan tersebut?
Silatnas akan
diikuti oleh 100 orang peserta dari seluruh wilayah di Indonesia. Tokoh-tokoh
yang hadir adalah ulama muda, seperti Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Muh. Zaitun
Rasmin, Fahmi Salim. Selain itu, ada beberapa ulama dari berbagai kabupaten dan
kota. Silatnas ini akan dibarengi oleh kegiatan lain seperti tablig akbar yang
dilaksanakan pada haru Jumat di Masjid Al Markaz dengan menghadirkan pembicara
Ustadz Bahtiar Nasir dan Ustadz Zaitun Rasmin yang akan dilanjutkan dengan
Seminar Nasional membahas tentang “Kerukunan Beragama” dengan pembicara dari
MIUMI Dr. Adian Husaini, Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) Provinsi
Sulawesi Selatan yakni Prof. Dr. Abdurrahim Yunus dan Ketua Komisi Kerukunan
MUI Provinsi Sulsel Norman Said dan Keynote Speaker ialah Prof. Dr. Musafir
Pababbari, M.Si dan moderator ialah Ikhwan Djalil.
Bagaimana sesungguhnya peranan MIUMI di Masyarakat
serta bentuk follow up dari Silatnas tersebut?
Dari hasil-hasil
tersebut kita akan menindaklanjuti dengan skala yang praktis. Anggota MIUMI
masing-masing memiliki ormas namun MIUMI tidak berbaju satu dengan ormas-ormas
tersebut. Sehingga kebijakan-kebijakan strategis MIUMI akan dilemparkan ke
ormas tersebut. MIUMI banyak kepada pemikiran dan kajian-kajian ilmiah dan
untuk program-program yang sifatnya praktis.
Tantangan apa yang Anda hadapi dan secara umum para
ulama MIUMI saat ini?
Tantangan yang
paling besar adalah banyak yang mengaku ustadz dan ulama namun tidak memiliki
ilmu. Mereka berceramah dan berfatwa, namun tidak memiliki dasar fatwa atau
ilmu mengenai hal tersebut, akhirnya akan membingungkan ummat yang kemudian
akan diserahkan kepada ulama termasuk MIUMI sendiri. Ceramah okey, namun ketika
sampai pada tingkatan fatwa itu adalah tingkatan yang berbahaya bagi kami.
Sedangkan secara internal, tantangan yang kami hadapi saat ini ialah para ulama
yang tergabung tidak mudah untuk menghimpunnya. Mereka adalah orang-orany yang
sedang naik daun karena mereka penceramah kondang, memiliki karya dan
akademisi. Bukan mudah untuk menghimpun para ulama-ulama kita.
No comments:
Post a Comment
silakan komentar