Pages

Tuesday, 14 June 2011

“Akhi..., Aku Ingin Mundur Dari Jalan Ini…”??!!!!

Pengantar : beberapa hari ini ana agak ketagihan copy tulisan para ikhwa n akhwat, hasilnya ana dapat merasakan nasehat2 yang luar biasa yang membakar semangat ana. Ini ada tulisan yang sangat berkesan ana punberfikir umtuk mempostingkannya di blog ana ini, agar para pembaca juga merasakan semangat juga. Ketika kita lagi futur, lagi dawn...dll(tetapi tetap harus sering2 ngaji nah..^ ^.)
 

Ada saja masa dimana seorang kawan seperjuangan kita, duduk di hadapan. Ia datang dengan wajah risau dan jiwa yang bergemuruh. Lalu dengan terbata, ia berkata;
Akhi, aku ingin mundur dari jalan ini…”
Selanjutnya ia berucap tentang berbagai alasan.
Tentang masa luangnya yang sempit untuk dakwah
Tentang keluarga dan berbagai tuntutan mereka
Juga bahwa ilmu dunia perlu ia jadikan priorotas utama
Atau berbagai hujjah lain yang seolah akan memaklumkan keinginannya untuk menghentikan langkah.
Maka saat itu, tataplah matanya dalam-dalam. Genggam telapaknya dengan hangat. Lalu dekap hatinya agar ia peroleh ketenangan. Katakanlah,
Akhi, bagaimana jika, dahulu Rasulullah berpikiran sama denganmu?”
Mungkin saat terguncang jiwanya demi menyaksikan para sahabat tercinta yang didera siksa oleh para kafir Quraisy
Atau saat ia bersujud di depan Ka’bah dan dijerat lehernya dengan temali yang kasar, diletakkan kotoran unta di atas punggungnya, lalu anandanya datang menangis tersedu kepadanya, tapi ia justru berkata, “Anakku, Allah bersama ayahmu…”
Mungkin waktu ia dicecar oleh kerikil dari para bocah Thaif. Lalu berdarah-darah tubuhnya, dan gerimis perasaannya
Atau saat diludahi tepat di wajahnya, atau waktu diletakkan kotoran di depan pintu rumahnya
Atau saat kaumnya merencanakan pembantaiannya dan ia harus meninggalkan kampung halamannya yang tercinta?
Akhiku yang jiwanya sedang meragu,
Bukankah Rasulullah punya alasan yang lebih kuat darimu?
Tapi pernahkah kau jumpai ia dalam sesal sebab telah terpilih menjadi seorang Rasul?
Pernahkah kau temukan sirah dimana ia mengeluh dan memilih untuk berhenti menyampaikan risalah ini?
Pernahkah akhi? Pernahkah….?
Lalu dengan sisa-sisa keyakinanmu, kau kembali berhujjah dengan bibir yang gemetar,
“Tapi aku tak pantas berada di jalan dakwah ini, akhi…” katamu
Maka kembalilah eratkan dekapanmu. Lalu sadarkan nuraninya yang mungkin sedang dilanda kalut, katakanlah padanya:
Kau pikir siapa yang sanggup menanggung amanah ini?
Amanah yang bahkan bumi, langit, dan gunung pun enggan mengembannya?
Amanah yang dahulu hanya diperuntukkan bagi para Nabi dan Rasul yang suci jiwanya?
Sebuah beban yang beratnya adalah nyata, yang jalannya sepi dan penuh duri. Yang dengannya harus tercurah segala milik diri.
Kau pikir siapa yang sanggup untuk mempertanggungjawabkan jiwa-jiwa yang kita tunjukkan jalan cahaya ini?
Mempertanggungjawabkan semua dakwah yang kadang tidak mendakwai diri kita sendiri?
Mempertanggungjawabkan semua ucap yang keluar dari lisan-lisan kita, lalu bergidik mendengarkan ayat Allah yang menghujam kita dengan peringatan…
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. Al Shaff: 2-3)
Kau pikir siapa yang sanggup berdiri di hadapan Allah kelak, dengan semua alasan yang kini sering kita keluhkan pada orang yang memimpin kita?
Semua pembenaran atas ketidakmampuan kita untuk bertahan lebih kuat?
Dan berbagai amanah yang kita mangkir darinya?
Kau pikir siapa yang sanggup, wahai akhifillah???
Maka lebih baik duduklah sejenak. Lalu temukan dirimu yang masih dalam semburat cahaya hidayah. Dapati dirimu bahwa kalaupun kau mundur, maka tidak banyak yang akan berubah, bukankah Allah telah menjanjikan kemenangan?
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS. Al Fath: 28)
Kemenangan yang pasti, dengan atau tanpa kita. Lalu posisi kosong akan selalu diisi oleh generasi yang lebih indah akhlaknya. Yang lebih mantap ilmunya. Yang lebih teguh keyakinannya. Dan yang lebih percaya pada semua kemuliaan yang telah dijaminkan Allah untuknya.
Maka diamlah dalam hening. Lalu tetaplah lanjutkan langkah, seberapa berat apapun ia. Sebab kita telah berjanji untuk tetap saling bergandeng dalam suka dan duka. Dalam dekap ukhuwah. Dalam untai doa penuh cinta. Dan biarlah Allah saja yang menentukan, jiwa-jiwa yang pantas untuk menjadi penolong agamanya. Wallahu a’lam.

__muhasabah aktivis
dibacakan dalam Temu Aktivis Rohis, 19 December 2010
di Aula SMA Neg. 17 Makassar
(afwan hanya perubahan Ukhti di ubah jadi Akhi... ^ ^)
 







No comments:

Post a Comment

silakan komentar