Pages

Wednesday, 8 June 2011

Ketika aktivis jatuh cinta (nasehat buat kita semua)

Kalo kita ngomongin tentang cinta, maka segala kerumitan yang seolah-olah muncul di hadapan kita. Cinta dengan kesederhanaannya, ternyata mampu membawa implikasi serius bagi si pelakunya. Tentu untuk yang mampu membawa cinta tersebut dalam nuansa yang sakral dan halal, cinta akan menjadi sarana yang positif dalam rangka mendekatkan diri kepada sang Pemilik Cinta itu sendiri. Tapi, ketika cinta itu dirusak dan dihiasi oleh nafsu dan maksiat, maka bukan hanya dosa yang akan menjadi tanggung jawabnya, berbagai bahaya lain, baik berkaitan dengan agama, sosial, maupun psikologi si pelaku sendiri.
Lalu bagaimana jika ternyata yang jatuh cinta itu adalah para ikhwan dan akhwat, yang notabenenya merupakan kalangan yang dalam pandangan orang awam adalah orang-orang yang lebih paham tentang agama. Bahkan mereka kerapkali dijadikan standar kebaikan dan panutan dalam akhlak dan pemahaman agama.
peserta kegiatan LDK MPMdi Audiotorium UNHAS

Saya jadi ingat Seminar Islami 2006 yang pernah saya hadiri waktu SMA dulu di Baruga A.P.Pettarani UNHAS. Tema seminarnya memang cukup menarik sih..“Ketika Aktivis Jatuh Cinta”. Yang mengadakan juga dari para aktivis Islam yaitu LDK MPM UNHAS kerjasama Mushalla Istiqomah FMIPA UNHAS dan MDK Al- Firdaus FSUA. Seperti hendak menegur diri sendiri dan para aktivis Islam lainnya.
Kalo kita bicara idealnya, tentu bagi para ikhwan dan akhwat yang sedang jatuh cinta tersebut menjalin perasaan yang indah itu dalam ikatan bingkai pernikahan. Karena hanya itulah jalan terbaik untuk melabuhkan cinta. Dan saya rasa pun cukup banyak buku maupun tulisan yang menyajikan tata cara ideal menuju pelaminan.

Namun, ternyata kenyataan tak seindah harapan. Sampai saat ini tentang aktivis yang pacaran masih menjadi fenomena. Entah bagaimana alasannya, akhirnya kita harus mengakui banyak kalangan aktivis menjadikan ‘pacaran’ pun jadi alternatif buat cinta mereka.
“Ikhwah pacaran? Kayaknya nggak mungkin banget deh…!!! Masa ada sih yang kayak gitu?”
Ya, inilah kenyataan yang banyak terjadi di sekitar kita. Bukan sekadar prasangka apalagi gosip belaka. Sungguh ironis dan menyakitkan hati memang. Ketika ikhwan dan akhwat yang lebih paham agama dan sudah tahu hukumnya, justru terjatuh dalam penyakit yang mematikan ini.
Bukan cintanya yang salah, namun aplikasi dalam menunjukkan cinta itu yang terlarang. Dan yang menjadikan lebih sakit hati, ketika mereka melakukan itu sementara tahu ilmunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat, lalu dia dimasukkan ke dalam neraka. Maka berhamburanlah usus perutnya di neraka. Kemudian dia pun berputar sebagaimana keledai berputar pada batu gilingan. Maka penduduk neraka berkumpul di depannya seraya berkata, “Wahai fulan, kenapa engkau begini? Bukankah engkau dahulu yang memerintahkan kami dengan sesuatu yang ma’ruf dan melarang kami dari sesuatu yang mungkar?” Laki-laki itu menjawab, “Betul. Aku dahulu memang memerintahkan kalian dengan sesuatu yang ma’ruf, namun aku tidak melakukannya. Dan aku telah melarang kalian dari kemungkaran, namun aku sendiri melakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2 comments:

  1. inimi....yang dkamar tu hari(KKN).....judul yang ku ajukan...."ketika ustadz jatuh cinta"....hehehehe
    sakira bukunya mi keluar (fian_archi06)

    ReplyDelete
  2. ok insyaalllah doa kan nah.......

    ReplyDelete

silakan komentar