Muraqabatullah
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala nikmat kepada kita semua terkhusus bagi pembaca blog ana ini sehingga pembaca dapat bersilaturahmi di blog sederhana ini. salam dan salawat kita haturkan kepada Nabi besar Muhammad Sallahualaihiwasalam yang telah mengajarkan dan menyampaikan wahyu kebenaran kepada kita kita semua.
Menumbuhkan Sikap
Muraqabatullah atau sikap merasa diawasi oleh Allah merupakan perkara besar. sikap ini sangat terkait dengan keimanan kita. iman yang kuat pastinya memiliki sikap muraqabatullah. Al-Harits al-Muhasibi berkata, "Muraqabah adalah
pengetahuan hati tentang kedekatan Rabb"
Seorang muslim hendaknya selalu merasakan muroqobatullah
(merasa selalu dalam pengawasan Allah) setiap saat. Hendaklah dalam hidupnya
penuh dengan keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala senantiasa
melihatnya, mengetahui rahasianya, dan Dia Maha Tahu terhadap segala
perbuatannya, bahkan sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.
Sehingga dengan keyakinan seperti itu, maka jiwanya merasa
terliputi dalam pengawasan Allah subhanahu wata’ala, dia akan merasa
betah berdzikir kepada-Nya, akan senang melaksana kan keta'atan kepada-Nya dan dia pun akan
berpaling dari selain-Nya.
Sifat muraqabah merupakan dasar komitmen seorang muslim
pada Islam. Sifat muraqabah merupakan sumber kekuatan seorang muslim di
saat sendirian dan di tengah keramaian. Jika terlintas dalam pikirannya untuk
melakukan maksiat, maka dia akan segera ingat Allah subhanahu wata’ala,
bahwa Dia hadir mengawasinya, lalu dengan serta merta dia akan membuang pikiran
ke arah maksiat itu sejauh-jauhnya, agar dirinya terhindar dan terbebas dari
perbuatan maksiat tersebut dan dia berazzam untuk tidak mendekatinya lagi.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
"Dan Dia bersama kamu di mana pun kamu berada dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu perbuat" (QS. Al-Hadid:4)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Makna ayat
ini adalah, bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mengawasi dan
menyaksikan semua perbuatan, kapan saja dan di mana saja kamu melakukannya, di
daratan maupun di lautan, pada waktu malam maupun siang hari, di rumah tempat
tinggalmu maupun di tempat umum yang terbuka, segala sesuatu ada dalam
ilmu-Nya, semuanya dalam penglihatan dan pendengaran-Nya. Dia mendengar apa
yang kamu ucapkan dan melihat keberadaanmu, Dia Maha Mengetahui apa yang kamu
rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan, Allah subhanahu wata’ala
berfirman, artinya,
"Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan
dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad). Ingatlah, diwaktu
mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Dia (Allah) mengetahui apa yang mereka
sembunyikan dan apa yang mereka tampakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala isi hati.†(QS. Hud:5)
Dan juga firman-Nya, artinya,
"Sama saja (bagi Rabb kalian), siapa di antaramu yang
merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan
siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di
siang hari.†(QS. Ar-Ra'ad:10)
Sunggguh Tiada Ilah yang hak disembah selain Dia dan tiada Rabb
selain Dia. Di dalam shahih Imam Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjelaskan makna "Ihsan" tatkala beliau ditanya oleh
Jibril ‘alaihissalam tentang hal itu,
"Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,
maka jika kamu tidak melihat-Nya maka yakinilah bahwa sesungguhnya Dia Maha
Melihatmu"
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya
oleh seseorang, “Wahai Rasulullah apa itu "tazkiyatun nufus?" Maka
dijawab oleh beliau, “(Tazkiyatun nufus itu ialah) hendaklah dia
mengetahui (menyadari) bahwa Allah bersamanya di mana pun dia berada".
(HR. Thabrani & Baihaqi, dan hadist ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Juga seorang shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
'Ubadah Bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya keimanan yang paling
utama adalah engkau menyadari bahwa Allah bersamamu di mana pun kamu
berada". (HR. Thabrani).
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Rasululllah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
"Sungguh aku mengetahui beberapa kaum dari ummatku yang
datang pada hari Kiamat kelak dengan membawa kebaikan-kebaikan seperti gunung
Tihamah yang putih, lalu Allah jadikan kebaikan-kebaikannya tersebut seperti
debu yang berterbangan, mereka itu adalah saudara-saudaramu, dari jenis kulitmu,
dan mereka menjadikan malamnya sebagaimana kalian menjadikannya, akan tetapi
mereka kaum yang apabila dalam keadaan sepi mereka melanggar larangan-larangan
Allah.†(HR. Ibnu Majah, hadits ini dishahihkan oleh Syekh Al-Al-Bani)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
"Suatu perbuatan yang tidak kamu sukai bila manusia
melihat perbuatanmu itu, maka janganlah kamu melakukannya apabila kamu berada
dalam keadaan sepi". (HR. Ibnu Hibban dan dihasankan oleh Syaikh
al-Albani).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam
hadits yang lain,
"Ada
tiga hal yang mencelakakan seseorang dan ada tiga hal yang menyelamatkan
seseorang. Tiga hal yang mencelakakan, 1. Kekikiran yang dita'ati, 2. Hawa
Nafsu yang diikuti, 3. Kekaguman terhadap diri sendiri. Sedangkan tiga hal yang
menyelamatkan, 1. Takut kepada Allah dalam keadaan sepi maupun di tengah
keramaian, 2. Seimbang/sederhana menjalani hidup ini baik dalam keadaan fakir
maupun kaya, 3. Adil dalam menghukumi baik ketika sedang marah (benci) maupun
senang (ridho)". (HR. al-Bazzar diringkas dari Ash-Shahihah)
Imam Ahmad rahimahullah pernah menuturkan, “Jika pada
suatu hari engkau sedang sepi dalam kesendirian, maka janganlah engkau
mengatakan, "Aku sedang sendirian", tapi katakanlah, "Aku sedang
diawasi oleh Dzat Yang Maha Mengawasi". Janganlah sekali-kali engkau
mengira bahwa Allah subhanahu wata’ala itu dapat saja berbuat lengah
sesaat dan janganlah pula engkau sekali-kali mengira bahwa apa yang kamu
sembunyikan itu tersembunyi pula bagi Allah.â€
Kiat Menghidupkan Muroqobah dalam Jiwa Seorang Mukmin.
DR. Sayyid Muhammad Nuh dalam Taujih Nabawy, beliau menerangkan
dua sarana untuk menghidupkan muroqobah:
Pertama: Memiliki keyakinan yang sempurna bahwa sesungguhnya
Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui segala yang dirahasiakan dan
segala yang nyata, Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
"Dia Allah yang disembah di langit dan di bumi, Dia
Mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan, dan Dia
Mengetahui apa yang kamu usahakan" (QS. Al-An'am:3)
Sesungguhnya hakikat muroqobah seperti ini apabila benar-benar
terhujam di dalam hati seseorang, maka dia akan benar-benar merasa malu dilihat
oleh Allah subhanahu wata’ala jika dia melanggar larangan-Nya atau dia
meninggalkan perintah-Nya.
Al-Munawy berkata, “Takut kepada Allah subhanahu wata’ala
dalam keadaan seorang diri jauh lebih tinggi daripada takut kepada-Nya dalam
keadaan terang-terangan.
Ke dua: Memiliki keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala
akan menghitung dan menghisab segala sesuatu meskipun itu hal-hal yang
terkecil. Dia akan memberitahukan hal itu kelak pada hari Kiamat, dan bahkan
Dia akan memberikan balasannya sesuai dengan jenis amal perbuatan seseorang,
amalan yang jelek akan dibalas dengan 'iqob dan azab-Nya sedangkan amal yang
baik akan mendapatkan balasan rahmat dan ridho-Nya. Allah subhanahu
wata’ala berfirman, artinya,
"Dan diletakkanlah al-kitab (buku catatan amal
perbuatan), lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap
apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami,
kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang
besar, melainkan dia catat semuanya; dan mereka mendapati apa yang telah mereka
kerjakan ada (tertulis dihadapan mereka). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang
jua pun". (QS. Al-Kahfi:49).
Referensi:
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 surat Al-Hadid ayat: 4
Berbagai sumber seputar tazkiyatunnfus. (Abu Abdillah Dzahabi)
SUMBER [ http://www.asofwah.or.id
]
No comments:
Post a Comment
silakan komentar