Pages

Thursday, 14 August 2014

MENITIP HARAPAN PADA ULAMA MUDA : MIUMI


FANFLET PENGUKUHAN, salah hari harusnya sabtu


MENITIP HARAPAN PADA ULAMA MUDA : MIUMI
sebuah catatan dari pengukuhan MIUMI sulsel

Ketika sempat heboh adanya seorang ulama cendikiawan muslim yang memiliki pemahaman dan mendukung pada aliran sesat tentunya ini sangat memiriskan hati. Yah.. bagaimana tidak ulama yang menjadi tumpuan bagi ummat tentunya harus menjadi teladan kini sangat mengherankan ketika hal diatas terjadi.


Ulama khususnya di indonesia telah banyak di kenal, sampai mereka memiliki perkumpulan MUI. MUI yang kempanjangan dari Majelis Ulama Indonesia telah banyak kiprahnya. Mulai dari memberikan penjelasan kepada ummat sampai mengeluarkan FATWA. Maka dari itu peran MUI harus terus di dukung. Walaupun sebahagian telah di jangkiti pemahaman yang menyesatkan tetunya kedepan ada perbaikan-perbaikan yang di lakukan para Ulama. 

Oleh karennya para ulama muda yang menjadi pelanjut tugas suci ini, tentunya harus berbenah. Ulama muda kita harus bersiap dengan berbagai tantangan yang jauh lebih berat yang akan datang. Oleh karenanya ulama muda menjawab tantangan tersebut dengan membentuk MIUMI atau Majelis Intelektual Dan Ulama Muda Indonesia.

MIUMI adalah sebuah majelis perhimpunan para Intelektual dan Ulama muda di Indonesia. Pembentukan majelis ini bermula dari azzam yang kuat dari para inisiator  MIUMI untuk menyelesaikan problem multi dimensi yang melilit ummat Islam saat ini. Sebab, persoalan yang dihadapi oleh umat Islam Indonesia dewasa ini sangat kompleks. Secara eksternal umat Islam berhadapan dengan arus globalisasi, Westernisasi, liberalisasi, sekularisasi yang disertai oleh faham pluralisme, humanisme, hedonisme, materialisme dan sebagainya.  Secara internal umat Islam menghadapi masalah persatuan dan kesatuan, kualitas sumber daya dan kaderisasi, manajemen lembaga-lembaga, potensi ekonomi, hubungan dengan dunia Islam dan sebagainya. Akar dari kedua tantangan tersebut tidak lain adalah kelemahan ilmu pengetahuan umat Islam.

Oleh karena itu, dalam platformnya MIUMI telah menegaskan bahwa solusi dari permasalahn umat yang kompleks tersebut adalah gerakan keilmuan yang dimotori oleh para Ulama dan Intelektual. Namun peran ulama dan intelektual makin terasa jika mereka bersinergi, membangun jaringan kerja sama yang rapi, serta  serta ditopang oleh kekuatan ekonomi dan stabilitas Politik sehingga kegiatan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan berjalan lancar.

MIUMI dideklarasikan di Jakarta, 28 Februari 2012 atas inisiatif dari tokoh umat lintas tandzim, diantaranya Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, Ust Bachtiar Nasir Lc,  Dr. Adian Husaini, Ust. Asep Sobari,Lc Ust Fahmi Salim, MA, Ustadz Farid Ahmad Okbah,MA, Ustadz Fadzlan Garamatan, Ust Muhammad Zaitun Rasmin, MA (Wahdah Islamiyah), Jeje Zaenuddin, Ahmad Sarwat, M. Khudori, Ust DR. Ahmad Zein An-Najah.

Saat ini MIUMI telah memiliki perwakilan di 9 daerah yaitu Aceh (Yusran Hadi, Lc, MA), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau (DR.Mustafa Umar), Sulawesi Selatan (Rahmat Abdul Rahman, Lc,MA ),  Jawa Tengah (Dr. Mu’inuddinillah Basri), JawaTimur (Kholili Hasib, MA), Yogyakarta (Fathurrahman Kamal, MA), dan Jawa Barat (Ahmad Husain Dahlan).

Dalam kancah nasional, MIUMI dikenal kepeloporannya dalam penolakan Draft RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dan dukungan terhadap Fatwa MUI Jawa Timur tentang kesesatan aliran Syi’ah. Beberapa hasil penelitian dan kajian MIUMI telah dipublikasikan.

PENGUKUHAN MIUMI SULSEL



Seremoni pengukuhan Dewan Pengurus Wilayah Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonnesia (MIUMI) untuk Sulawesi Selatan berlangsung di Auditorium Gedung Manara Phinisi Universitas Negeri Makassar (UNM), yang terletak di Jalan A.P. Pettarani, Makassar Sulawesi Selatan. Acara berlangsung dari jam 07.30-12.00 wita, hari Sabtu 27 Jumadil Ula 1435 H, bertepatan dengan 29 Maret 2014 M. Alhamdulillah.. ana sempat mengikuti dan menjadi saksi kengukuhan tersebut.

Rangkaian acara dimulai dengan orasi yang diisi oleh para orator ulung dari pengurus MIUMI Sulsel, Dr. Yusri Arsyad, ulama muda yang menyelesaikan pendidikannya di Siria selama 12 tahun, dari peringkat sarjana hingga doktoral ini, menyoal masalah kepemimpinan atau bagi mereka yang terpilih untuk tampil memimpin dan mengurus orang banyak, terutama umat Islam yang menjadi penduduk maoritas di negeri ini. Masalah utamanya adalah sering kali kita bertengkar antarsesama terkait masalah kepemimpinan. Saat ini, banyak orang bicara tentang pemimpin pemimpin ideal padahal seharusnya jadi rujukan berbicara mengenai pemimpin adalah yang punya kapasitas. Orang yang dipilih dan menjadi pemimpin, lanjut dosen UMI Makassar ini, kebanyakan diukur dengan fulus. Maka, lahirlah pemimpin yang hanya menumpuk harta dan fulus. Man yu’min biannal mal ghayah. Siapa yang percaya bahwa harta dan uang adalah seghalanya. Maka, ia akan berbuat segala-galanya demi uang dan harta.

DISKUSI KEPIMPINAN NASIONAL

Kepemimpinan ideal adalah merujuk pada tipe Rasulullah yang berdasarkan wahyu, namun karena wahyu telah terputus, dan dibukukan dalam kitab Alquran dan Hadis, jadi seorang pemimpin itu harus paham agama yang bersumber dari kedua kitab wahyu tersebut. Selain itu, seorang pemimpin harus memimpin dengan cinta, dengan mengorbankan diri sekali pun demi kemaslahatan orang banyak. Sang Pencinta, akan selalu berkorban tanpa pamrih. Contoh sederhana adalah, seorang ayah yang rela berkorban segalanya demi kemaslahatan anak dan keluarganya. Jadi bukan lagi maasalah ‘mencari pemimpin yang pintar’ tetapi begaimana mencari pemimpin yang memiliki cinta dan kasih sayang pada rakyatnya.

Kecuali itu, menurut Ustad Yusril, seorang pemimin harus banyak-banyak bertaubat. Taubat adalah kunci keberhasilan rakyat dan pemimpim. Jangan jadi pemimpin buaya darat, air matanya bercucuran tapi menghisap darah rakyatnya. Taubat dalam arti sesungguhnya adalah al-raj’ah, atau kembali ke fitrah. Fitrah adalah sebuah keaslian yang bersumber pada keadilan, dan keseimbangan. Itulah yang dimaksud Lantajida lisunnatillahi tabdila, walantajida lisunnatillahi tahwila. Sunnatullah adalah sebuah ketetapan dari Allah, sapi makan rumput, manusia makan daging sapi, dst. Di Eropa, kini sapi telah makan jeroang semacam ‘jeruk makan jeruk’, atau daging makan daging sehinggal muncullah sapi gila, itu semua karena melawan sunnatullah yang bersumber pada keseimbangan dan keadilan.

DUKUNGAN PEMERINTAH

Penyerahaan cendramata oleh KETUM MIUMI SUSEL kepada Gubernur SULSEL


Dalam pengukuhan tersebut turut hadir Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo. Dalam sambutanya beliau mengajak Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) kerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel

“Saya selalu bercita-cita setiap desa mempunyai ulama dan kecamatan punya pesantren, mudah-mudahan MIUMI bisa melihat peluang ini hingga bisa kerjasama dengan Pemprov Sulsel,” kata Syahrul saat menghadiri pengukuhan MIUMI Sulsel di Menara Phinisi UNM, Makassar.

Ketua Partai Golkar Sulsel ini berharap, ide para MIUMI dapat memberi hal baru bagi Sulsel,"kita selalu ingin menampilkan wajah baru, Apa yang kita bicarakan hari ini adalah kontribusi untuk masa depan bangsa," tambahnya.

Semoga kehadiran dan peran ulama muda kita bisa menjawab segala harapan ummat kedepan.. amien.

FOTO2 LAIN :







No comments:

Post a Comment

silakan komentar