Pages

Thursday 21 May 2015

#MASIH JAMAN, DEMO!? (Artikel dari 2 tulisan)




#MASIH JAMAN, DEMO! (Artikel dari 2 tulisan)
Oleh Muh Abid Fauzan (Pembina Mahasiswa Pecinta Masjid (MPM) UIN Alauddin Makassar)

“Ini mahasiswa... Kalau bukan rusuh di kampusnya, demonstrasi di jalanan! Bikin macet saja!”


Celotehan itu keluar secara spontan dari seorang bapak yang sedang melintasi kampus dengan sepeda motornya. Di saat yang bersamaan, beberapa mahasiswa nampak sedang berorasi di jalanan depan kampus mereka. Berteriak-teriak meski tidak terlalu jelas. Menggunakan jaket almamater kampusnya dengan bangga, nampaknya sedang berkoar-koar tentang kasus korupsi pejabat pemerintah. Jalanan depan kampus yang dalam kondisi normal saja selalu diwarnai kemacetan, kini bertambah-tambah dengan aksi para mahasiswa tersebut. Dan sebab mereka tidak pernah memperkenalkan diri pribadi pada masyarakat, maka para pengguna jalan pun memukul rata para pelaku demo tersebut dengan menyebutnya sebagai mahasiswa secara umum. “Baiklah, saya juga mahasiswa”

Masalah korupsi itu, Kawan... Entah sejak kapan kita mulai menganggapnya sebagai kata yang senantiasa berulang. Sebuah kata yang sangat lekat pada kehidupan kita dan sering kita lekatkan pada banyak hal. Dan tentang korupsi para pejabat-pejabat itu, dari dulu pun kita selalu tidak habis pikir mengapa mereka yang bergelimang harta masih merasa perlu untuk korupsi? Entahlah. Yang kita tahu, bahwa yang mereka korupsi adalah uang rakyat, uang kita.

Kemudian, aku ingin mencoba mengungkapkannya dengan caraku sendiri, mediaku sendiri. Pernah aku diajak untuk demo turun kejalan. Segelintir teman-teman mahasiswa yang mengajakku ini merasa mendemonstrasikan menjadi solusi. Mereka berdemo di jalan dengan menutup sebagain atau bahkan seluruh badan jalan yang juga merupakan sarana umum, kadang diwarnai dengan aksi bakar ban yang semakin memperparah kondisi jalan yang sudah bopeng disana-sini, atau juga dengan sandera-sanderaan kendaraan lain yang melintas, lalu berkoar-koar dengan pengeras suara tentang keadilan yang penderitaan rakyat... aku juga ingin berdemo tapi aku mencoba berfikir lagi. Banyak rakyat disekitar kita terdzolimi akan tindakan demo kita.

Tengoklah tampang para penumpang angkot yang telah lelah bekerja seharian, atau bahkan ada yang sedang tergesa menuju tempat kerjanya, namun menjadi terhambat langkahnya karena demo-demoan itu? Ataupun setoran para supir yang menurun drastis karena harus terjebak macet. Atau mungkin begitu banyak orang yang harus rela menghabiskan waktunya dengan percuma karena sebuah alasan kalian yang menjadi begitu ironi. Aku berkata dalam hati “Hey! Sebenarnya, apa yang sedang kalian perjuangkan?” Atas nama rakyat? Tapi, rakyat yang mana?

TUNTUNAN RASULULLAH DALAM MENASEHATI PEMERINTAH

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam teladan kita memberikan nasehatnya dalam menasehati pemerintah:

“Barangsiapa yang hendak menasihati pemerintah dengan suatu perkara maka janganlah ia tampakkan di khalayak ramai. Akan tetapi hendaklah ia mengambil tangan penguasa (raja) dengan empat mata. Jika ia menerima maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak, maka sungguh ia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang yang menasihati).”(HR Imam Ahmad)

Hadis ini memerintahkan kita untuk memberikan nasihat kepada pemerintah dengan sangat santun dan sopan atau tidak menggumbarkannya kekhalayak umum tapi mendatangi langsung. Masyaallah indahnya akhlaq Islam yang di ajarkan oleh Rasulullah.

Rasulullah yang mulia menyuruh kita untuk mengingatkan pemimpin kita, bukan dengan ucapan yang kasar lalu dilontarkan di tempat-tempat umum apalagi menyebarkan dan membuka aib pemerintah yang semua ini dapat menimbulkan fitnah yang lebih besar lagi dari permasalahan yang mereka tuntut.

Lagi pula yang harus kita renungkan bila terjadinya banyak kasus korupsi oleh pemimpin kita harusnya kita tanya mengapa hal itu terjadi? Cari akar permasalahannya. Sehingga kejadiaan seperti ini tidak terulang lagi. Bila kita lihat bersama ada kezaliman yang terjadi pula di tengah masyarakat kita. Karena pemimpin kita itu menggambarkan kondisi rakyatnya.

Allah adalah Dzat Yang Maha Adil. Dia akan memberikan kepada orang-orang yang beriman seorang pemimin yang arif dan bijaksana. Sebaliknya Dia akan menjadikan bagi rakyat yang durhaka seorang pemimpin yang dhalim.

jika terjadi pada suatu masyarakat seorang pemimpin yang dhalim, sesungguhnya kedhaliman tersebut dimulai dari rakyatnya. Meskipun demikian apabila rakyat dipimpin oleh seorang penguasa yang melakukan kemaksiatan dan penyelisihan (terhadap syariat) yang tidak mengakibatkan dia kufur dan keluar dari Islam maka tetap wajib bagi rakyat untuk menasihati dengan cara yang sesuai dengan syariat.

Suatu negara yang dipimpin oleh pemimpin yang dhalim yang di dalamnya ditaburi praktek-praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme merupakan buah dari tindakan rakyatnya juga. Maka kalau rakyatnya baik, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menganugerahkan kepada mereka pemimpin yang arif dan bijaksana. Hal ini sudah dibuktikan oleh junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan para Khulafaur Rasyidin. Situasi yang kacau balau ini solusinya bukan dengan demonstrasi tetapi dengan amar ma’ruf nahi mungkar dengan cara yang tepat dan benar. Kemudian menyebarkan ilmu yang haq(agama) di kalangan umat agar muncul generasi-generasi yang berbekal ilmu. Akhirnya diharapkan nanti setiap langkah yang mereka lakukan diukur dengan ilmu syar’i yang haq. Dengan demikian akan musnahlah virus kolusi, korupsi, dan virus-virus lainnya.

BESAMBUNG....Wallahu A’lam Bis Shawab.

No comments:

Post a Comment

silakan komentar