Menghadiri acara walimah seorang mahasiswa |
Kebahagiaan nampak jelas di muka mahasiswa itu. Ya.. kebahagiaan tentunya terasa apalagi ia telah menemukan jodohnya dalam bentuk yang halal yaitu pernikahan. Saya dan teman-teman hanya tersenyum-senyum melihatnya. Menghadiri acara pernikahan seorang teman yang sama berstatus mahasiswa memang sangat spesial. Ini merupakan acara paling saya favoritkan karena memang sejak dulu saya mau banget nikah muda.
Menikah merupakan adalah sunnah Rasulullah. Bagi yang menikah telah memenuhi separuh agama jadi tinggal setengah lagi di penuhi, sedang yang belum setengahnya agama saja mungkin masih belum penuh. Belum lagi akan menjaga gejolak hawanafsu yang tidak halal dan sudah ada tempat yang halal. Wah.. keren bangetkan.
Lalu gimana yang masih ngejomlo atau belum nikah nih? Para jomlo selalu dapat sindiran-sindiran dari yang sudah nikah. Menjadi jomlo memang tidak mudah. Ujian dan tantangan cukup berat di zaman fitnah ini. Jadi yang sudah “mampu” nikah ya cepat-cepat mi nikah. Namun yang masih belum jaga diri dan usahakan untuk di segerakan.
Dalam hal ini banyak mahasiswa yang tidak nikah. Banyaklah hal yang membuat mereka berat menjalankan menikah. Selain karena masih kurang materi lalu keluarganya memiliki tanggungan anak mungkin mereka anak sulung yang harus memikirkan biaya pendidikan adik-adiknya. Mungkin juga orang tua mereka bukanlah mereka yang “paham” akan keutamaan nikah saat kuliah. Yang lebih parah lagi ada orang tua “konservatif” yang meminta anaknya tidak menikah sebelum memiliki penghidupan yang jelas.
AYO JADI JOMLO MULIA
Maka yang jomlo, ada nasehat buat kita agar menjadi jomlo mulia. Masa jomlo termasuk masa muda maka beruntunglah memanfaatkan energi masa muda untuk kebaikan. Jomblo mulia punya agenda kesibukan yg padat. Berpindah dari amal yang satu ke amal lain. Tak nganggur. Maka tak ada kata galau.
Seorang jomlo mulia tahu kalo nikah adalah setengah agama. Tapi ia juga paham, bahwa sibuk dalam amal yang lain bagian setengah agama yg lainnya. Mereka memahami kalo menikah ibarat makan siang. Akan datang jadwalnya. Sambil nunggu jadwal datang maka ia bekerja. Tiba-tiba hidangan tersedia. Sejarah banyak mencatat jomblo-jomlo berkualitas. Namanya abadi karena disibukkan dalam amalan tak kenal henti. Surga pun menanti. Ibnu Taimiyah contoh Jomblo Mulia. Tak sempat nikah. Namun ia adalah mutiara ilmu bagi banyak ulama. Pahala mengalir deras. Begitu pula dengan Imam Nawawi. Gelarnya muhyiddin 'yg menghidupan agama'. Jomblo mulia yang banyak keluarkan banyak menulis buku yang masih di manfaatkan sampai sekarang. Masih banyak contoh lain. Tak inginkah para jomblo mengikuti jejak mereka? Banyak sibuk. Tak ada waktu untuk galau dan gelisah karena belum nikah atau hal yang lain.
Jomblo bukan dosa. Yang dosa kalau meratapi nasib dan putus asa. Gagal ukir prestasi saat sedang di puncak masa muda. Umur terbuang sia-sia. Allah siapkan balasan yang menyibukkan diri dengan kebaikan dan menghindari keburukan seperti para jomlo mulia. Jomlo mulia itu menghindari dosa pacaran atau hubungan yang belum sah dan selalu disibukkan dengan amalan nyata. Kalau pun nanti tak dapat jodoh didunia, nanti di akhirat disambut 72 bidadari surga.
Dari sekarang mulai mencatat. Amal apa yang belum dikerjakan. Segera lakukan. Sambil tetap berdoa untuk nikah. Ingat, kewajiban kita lebih banyak dari pada waktu tersedia. Mumpung belum direpotkan dengan urusan rumah tangga, perbanyak amalan yang lain. Kelak saat jodoh datang, merasa tak ada amal yang terutang. Semua amal sudah dikerjakan. Berlanjut dalam amal lain yang lebih tinggi. Tiap-tiap tahapan ada amalnya. Saat jomblo ada amalnya. Saat menikah ada amalnya. Hidupnya berpindah dari amal yang satu ke amal yang lain.
Jadi para jomlo yang belum mampu atau belum siap baik fisik non fisik untuk menikah tidak perlu minder dengan status kita yang ngejomlo. Jangan pula menyibukkan diri dengan kemaksiatan dengan pacaran alias zina misalnya. Ayo buktikan kalo status jomlo bukan membuat kita galau tapi justru berprestasi, SIAP?
Artikel ini masuk dalam buku "menjadi mahasiswa peradaban"
No comments:
Post a Comment
silakan komentar