Pages

Tuesday, 23 February 2016

MENGHADAPAI KE-FUTUR-AN DALAM DAKWAH (1)




Bosen.. ah.. bosen
Hampir semua aktivis dakwah
pernah mengalaminya. Apa
sebabnya dan bagaimana
mengatasinya?
ADA YANG ANEH DIRASAKAN DALAM DIRI abid akhir-akhir ini. Aktivitas yang semula terasa nyaman berubah seperti beban yang membelenggu. Kehadiran para ikhwa di musyawarah seakan menjadi beban hidup karena pasti banyak pesoalan yang disampaikan. Lebih parah lagi, tidak hadir dalam musyawarah karena banyaknya amanah yang harus di selesaikan yang makin bikin pusing kepala.

Yah mungkin Abid ingin lepas dari semua itu. Menjauh dari rutinitas aktivitas dakwah yang sudah 10 tahun lebih digelutinya. Jauh dari ikhwa, jauh dari amanah, dan jauh dari segala tetek bengek persoalan dakwah. Ia bosan, jenuh!(mungkin)
Apa yang dirasakan Abid sebenarnya hal yang wajar saja. Kebosanan adalah sebuah situasi yang wajar terjadi pada setiap aktivis dakwah, baik ikhwa ataupun akhwat.
Memang tak ada yang sempurna di dunia ini. Tak semua apa yang kita kehendaki terpenuhi, juga tak semua apa yang kita mau kita ketahui. Tiba-tiba saja kita merasa bosan pada keadaan dakwah, pada kondisi kader, pada problem tarbiyah yang kadang bolong-bolong dan tingkah laku muttarobbi, pada problem ativis dakwah secara umum, atau pada aktivitas sehari-hari.
Sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Bazaar mengatakan, “Setiap amal itu ada masa semangatnya, dan pada setiap masa semangat itu ada masa futur (bosan).”
Bukan berarti kita membiarkan rasa bosan terus-menerus menguasai, sebab hal itu akan berimbas pada perilaku terhadap sesama aktivis dakwah dan mottarobbi. Imbas negatif, itu yang seringkali tampak. Mengeluh, pesemis, dingin, pelit berbicara, malas melakukan komunikasi dakwah ke ikhwa-ikhwa, malas beraktivitas, cuek, dan lain-lain.
Yang paling penting, ketika rasa bosan menyerang, kita harus tetap berada jalur-Nya. Sebagaimana pada lanjutan hadits di atas, “...Barangsiapa yang ketika futur tetap berpegang kepada sunnahku, maka sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk, dan barangsiapa yang ketika futur berpegang kepada selain sunnahku, maka sesungguhnya ia telah tersesat.”

Situasi Monoton
Jika kita dihadapkan pada situasi yang sama terus-menerus tanpa ada variasi, sebagian besar di antara kita tentu akan merasa bosan. Misalnya melakukan aktivitas rutin yang itu-itu saja, mulai dari rapat, kepanitian, dan lain-lain.

Kondisi dakwah dari hari ke hari tetap begitu saja, sehingga tidak bergairah karena pencapaian dakwah tidak tercapai. Program tarbiyah pun hampir sama setiap pekan. Sementara amanah dakwah yang terus bertambah yang tak kujung stopterus berdatangan. Apalagi ditambah tingkah muttarrobi yang tak menunjukkan peningkatan ruhiyah dan amalan sunnah, lengkap sudah.

BERSAMBUNG................

No comments:

Post a Comment

silakan komentar