Langit diatas kita yang terbentang sejauh mata memandang. Terkadang ia berwarna biru cerah dan terkadang awan-awan berarak-arak menghiasinya. Kadang kala indah dan menyejukkan, namun ia terkadang menghitam gelap menakutkan dan serasa kurang bersahabat. Dan ia adalah ciptaan Allah…..
Ketika langit yang di atas terjangkau seakan sombong ataukah melihat kita semuanya. Merubah dirinya jadi mendung dan mengeluarkan angin membuat kita takut dan adakalanya ia begitu indah menawan, menenteramkan hati ketika kita pandangi keatas. langit ciptaan Allah yang setia…..
Langit adalah salah satu diantara ciptaan-ciptaan Allah yang tidak pernah lepas dari orbit kepatuhan, lintasan keta’atan dan posisi kepasrahan.
Alangkah indahnya istiqomah mereka (langit)…..
Ketundukan mereka akan peranannya begitu wajar, keta’atan mereka adalah tidak dipaksakan. Bagaimana dengan kita…??? Apa kita selalu taat kepadaNya..??? Lalu apakah kita Tuluskah mengerjakan ketaatan..???
Meneguhkan pendirian bahwa Rabb kita adalah Allah dan memelihara konsisten kita sebagai hamba sahaya diantara hamba-hamba Allah lainnya adalah perjuangan yang berat. Dan seringkali ia harus dibayar mahal dengan menitiskan air mata, mengeluarkan keringat dan mengalirkan darah.
Mungkin perjuangan untuk tetap istiqomah harus berakhir dengan hancur remuknya tubuh di tiang salib seperti sahabat Khubaib bin ‘Ady, atau dijerumuskan kedalam penggorengan panas yang telah penuh dengan minyak mendidih yang pernah di alami oleh perempuan mulia Siti Masithoh, atau boleh jadi dengan rusaknya tubuh karena dipanggang dek panas matahari, dihentam habis-habisan dan ditusuk dengan tombak dari pangkal paha hingga ujung kepala begitu yang dialami sahabiyah Sumaiyyah.
Namun….Mereka telah merasakan semerbaknya pengorbanan dan memetik buahnya yang ranum dan wangi. Mereka telah mereguk telaga kebahagiaan dan meraih kenyamanan taman syurgawi yang kenikmatannya tak mungkin tertandingi oleh kehidupan kita sekarang.
Lantas, bagaimana kita…?
Rasanya ketika diperintah oleh RasululLaah SAW untuk “Amantu bi ‘l-Laahi, tsumma ‘staqim”, maka sikap kita mungkin akan sama seperti Sufyaan bin ‘Abdi ‘l-Laahi iaitu dengan statement ini kita akan sibuk dan terlalu sibuk untuk tetap berupaya istiqomah dengan keimanan kita.
Pernyataan keimanan itu memerlukan penjelmaan, meminta bukti dan menuntut ‘amal sholih. Memang pembuktian itu tidak harus selalu identik dengan derita yang bahkan bisa lebih dari itu, namun kalaupun itu terjadi maka sudah sewajarnyalah kita menerimanya dan menikmati pengorbanan itu.
Istiqomah merupakan bukti tekad untuk tetap berjalan fii Sabiili ‘l-Laah serta perwujudan akhlaqu ‘l-kariimah. Ia adalah konsisten, resisten dan persisten.
Alangkah indahnya jika kita dapat mengakhiri kehidupan yang penuh sandiwara dan fatamorgana ini dengan istiqomah di jalanNya. Jalan yang telah ditempuh oleh para Nabi dan Rasul, para Shiddiqqiin (golongan yang jujur dengan syahadahnya), para Shoolihiin (golongan orang-orang yang sholih dan senantiasa menebar kesholihan) dan penerus-penerusnya. Jalan yang menurut budak-budak nafsu dan hamba-hamba syaitan adalah jalan yang penuh onak duri, menyengsarakan, dan bodoh, namun…
Menurut kami ia adalah satu-satunya jalan yang menghantarkan kami kepada mardhoti ‘l-Laah, jannahNya dan sudah pasti jalan yang indah…
Duhai indahnya kita seperti langit sana. Tapi jelas kita berbeda dengannya. Karena kita manusia biasa yang tak luput dari kelalaian. Maka bila kita berhasil Istiqomah sampai akhir hidup kita jelas kita lebih hebat dari langit karena langit telah di takdirkan demikian sedang kita tetap harus berjuangan melawan kelalaiankan kita. Keep Hamas..!!
“Diantara orang-orang yang beriman ada orang-orang benar dengan janjinya kepada Allah. Diantara mereka ada yang telah menunaikan janjinya (menemui syahidnya) dan diantara mereka ada yang masih menunggu-nunggu (untuk menemui syahidnya) dan sama sekali mereka tidak mengubah janjinya.” (QS. Al-Ahzab:23)
Orang-orang yang mengatakan ‘ Rabbunaa ‘l-Laahu ‘ kemudian mereka istiqaamah (meneguhkan pendirian), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),’Janganlah kalian takut dan janganlah kalian sedih dan bergembiralah dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepada kalian” (QS. Fush-shilat:30)
ARTIKEL INI di ambil dari naskah buku : "aku bersyukur maka aku bahagia"
"istiqomah lah"
No comments:
Post a Comment
silakan komentar