Pages

Wednesday, 15 January 2014

PELAJARAN DARI FILM EDENSOR ALA “IKHWAH”




Pengantar :

Tidak ada alasan besar sebenarnya ana(saya) menonton film endensor, selain karena ana sudah baca bukunya dan juga sudah cukup lama ana tidak ke bioskop. Tetapi seorang sepupu ana mengajak menonton film tersebut. Sepupuku satu ini cukup netral dalam hal-hal agama “selama gue fan tidak masalah”. Di tambah lagi desakan seorang ikhwa yang kompori untuk ikut nonton, jadinya ana ikut juga.


Ternyata film endensor telah habis di nonton, banyak bioskop sudah tidak menayangkan karena sudah lebih setengah bulan setelah mulai penayangan perdana tanggal 24 desember 2013. Namun ada 1 bioskop di salah satu mall di makassar masih menayangkan film ini dan mungkin hari itu yang terakhir. Jadinya kami bertiga menuju ketempat tersebut.

Sekuel kedua dari film Laskar Pelangi ini lebih menggambarkan kegalauan hati Ikal yang sedikit mengesampingkan tujuan utamanya ke Paris. Ikal dan sahabat karib sekaligus kerabat jauhnya, Arai , mendapatkan beasiswa dan akhirnya mereka menetap di Paris demi mewujudkan cita-cita mereka. Dengan uang beasiswa yang tidak seberapa, mereka juga mencari uang tambahan dengan bekerja paruh waktu. Hingga akhirnya, Ikal berpacaran dengan Katya, gadis asal Jerman yang menjadi rebutan para pria di kampus. Ikal juga bingung mengapa Katya bisa-bisanya malah memilih dirinya. Mulai saat itulah Ikal tidak bisa fokus antara kuliah dan hubungannya dengan Katya. Nilai kuliahnya sempat turun dan Ia tidak lulus ujian. Arai sempat marah karena takut Ikal lupa dengan tujuan utama mereka ke Paris yaitu untuk mengejar cita-cita semasih sekolah dulu.( gudangfilm.blogspot)

Menurut ana, film ini berhasil menggambarkan cerita dari novel yang berjudul sama yaitu, Edensor. Walau ada beberapa bagian dari novel yang ditinggalkan, namun tidak mengurangi esensi keseluruhan dari novel tersebut. Plus film ini menampakkan secara real eropa yang selama ini ana hanya baca di novelnya, mulai dari bangunannya sampai karakter para tokoh.

Namun dalam majelis ini ana tidak lupa juga berbagi pelajaran dari apa yang ana nonton ini. Karena kita harus mengambil hikmah dari berbagai kejadian dalam kehidupan kita masing-masing.

“Dan iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.”( Asy-Syeikh Muhammad al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala)

Prinsip (Atau) Dan Keimanan Itu Bertingkat-Tingkat

Dalam perjalanan cinta ikal bersama katya dalam film tersebut ada yang cukup menarik. Ikal dan ketya sama-sama punya prinsip walaupun berbeda di satu sisi. Ketya memiliki prinsip berkaitan tentang hubungan lawan jenis. Dalam film tersebut 2 mahasiswa teman ikal menggodaanya namun ia menolaknya. Bahkan ia tak segan-segan menampar laki-laki yang ia anggap menghina dirinya. Ikal yang seorang muslim telah di ajarkan untuk memegang teguh prinsip. Sampai di tanah eropa pun ikal harus berjuang mempertahakan prinsip.

Jauh dari lingkungan muslim apa lagi mayoritas dan di tempat yang bertantangan tentunya cukup menggerus iman seseorang. Dalam film edensor ini ikal dan arai di tampil tetap menjalankan perintah agama yaitu seperti shalat. Walaupun harus (mungkin) sendiri shalat, terlambat, sekali2 berjamaah berdua di kamar kos mereka. Mereka melaksanakan dengan semangat termasuk juga dengan prestasi akademik mereka yang berhasil mendapat nilai yang memuaskan. Ini adalah nilai positif dari film ini.

Namun tak berhenti saja ujian berat datang ketika ketya gadis mahasiswi eropa yang di incar banyak kaum adam ini memilih berpacaran dengan ikal. Ikal sendiri pasti tak terbiasa dengan hubungan yang namanya pacaran karena ikal pacaran terakhir kali sejak ia bersama aling ketika SD. Atau ikal memang tidak (mau) mencintai ketya. Maka ikal selalu menolak bila di ajak ciuman ketika ketya dan ikal berpacaran. Ikal selalu menolak dengan berbagai alasan mulai dari ini t4 umum sampai beralasan mengaku orang KUNO atau orang belitong.

Ikal berfikir akan di putuskan lebih cepat oleh ketya karena prinsipnya itu, namun justru ketya memahami perinsip ikal. Walhasil ujian(Musibah) pun datang nilai-nilai ikal di kampus menurun dan ikal pun berselisih tegang dengan arai tetang prestasinya yang menurun. Ujungnya ikal kehilangan sahabat sejatinya arai sekalipun ia sudah meminta maaf.

Keimanan atau -mungkin sebahagian pembaca menyebutnya- prinsip, ternyata bisa turun juga. Sama ketika prinsip ikal yang tak mau berciuman dengan ketya, ternyata prinsip itu luntur juga walaupun dalam film di tampikan ikal mencium kening ketya sekali ketika mereka putus. Ikal luluh dari keterbukaan ketya yang memahami bahwa ikal ingin mengakhiri hubungan karena perbedaan pandangan/prinsip/iman antara mereka.

Selain hubungan lawan jenis,  dalam film ini juga memaparkan perjuangan ikal memegang prinsip tidak mau minuman beralkohol ketika di tawari oleh ketya. Ketika itu ia teringat dengan pesan ayahnya sewaktu kecil.

Tetapi ada catatan yang perlu di ingatkan sebagai seorang “ikhwa”(sedikit paham agama) bahwa bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim di larang dalam ajaran Islam. Dalam film edensor, ikal tak bisa menghindari berpegangan tangan dengan ketya ketika mereka berpacaran bahkan ikal nampaknya membiarkan hal tersebut. Walaupun ikal menghindari untuk berciuman tetapi tak membuat hukum bersentuhan dengan lawan jenis itu boleh. Serta banyak hal memang yang perlu diingatkan (berdua2an, dll #pembacalah yg mikir)

“Sesungguhnya jika kepalanya ditusuk jarum dari besi adalah masih lebih baik dari pada menyentuh pada perempuan yang bukan muhrim nya” dan

 “Barang siapa yang meletakan tangannya pada wanita yang bukan muhrim nya dengan syahwat(senang/nafsu) maka akan datang dia pada hari kiamat dengan tangan terikat sampai lehernya. Dan jika dia menciumnya,maka bibirnya akan digunting di neraka” (HADIS)

Ana jadi ingat waktu SMA dulu, ketika itu ana sudah ikut kajian2, jadinya sedikit paham agama dari SMP.  Jangankan mau pacaran bersentuhan atau dekat-dekat lawan jenis sangat ana hindari. Mungkin ketika itu ana akan di ejek sok alim, KUNO (seperti ikal dalam film menyebut dirinya orang kuno) dll, tapi ana tidak mempedulikannya.

“mau kah engkau menukar keimanan mu dengan sesuatu yang semu belaka dengan balasan siksa abadi?” kata seorang murrobbi (guru ustazku).

Demikian dulu pembelajaran kehidupan hari ini. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari peristiwa di sekitar kita serta tetap Istiqomah memegang prinsip keimanan kita sampai hari khayat kita..amien.





No comments:

Post a Comment

silakan komentar