foto ini di ambil ketika setelah selesai shalat, perjalanan menuju dosen pembimbing |
kapan sarjana? Kapan nikah?
hari ini, banyak ikhwa yang menambahkan titel sarjana di belakang nama mereka. Banyak pula yang mengatakan untuk cepat nikah, apa lagi umur sudah hampir seperempat abad.
kapan,.. yah..?
bukan tidak mau, tapi mungkin Allah belum menakdirkanNya untuk ku . tapi itu bukan kalimat 'pembelaan' dariku, untuk setiap ikhwa bertanya pada ku. Dengan kesibukan 'diluar sana' yang kadang tak dimengerti banyak orang yang di sekelilingku, bahkan oleh orangtuaku sendiri.
namun tulisan ini bukan membahas tentang kedua hal tersebut. Namun ana ingin mengarahkan pembaca untuk memahami di satu sisi.
Ada pertanyaan cukup mengganggu memang kondisi ana tersebut. Adanya ketidak bahagiaan dan kesengsaraan yang alami karena hal tersebut. Kurang lebih mungkin ada yang menganggap bila suatu tujuan atau keinginan atau juga harapan tidak tercapai maka kita tidak akan bahagia.
Mengapa harus nanti kebahagian itu terwujud? Terpenuhinya apa yang kita inginkan tidak akan melahirkan kebahagiaan sejati. Itu hanya kebahgiaan sesaat. Lebih tepat disebut kesenangan.
Apakah untuk bahagia itu harus menunggu sarjana, banyak uang, punya pasangan, dan tidak sibuk lagi?
Apakah ketika hidup biasa dan apa adanya, masih jomblo, dan penuh kesibukan tidak boleh bahagia?
Untuk menjadi bahagia itu tidak perlu banyak embel-embel dan standar yang tinggi.
Intinya cukup memiliki hati yang bersyukur atas apa yang telah di dapat, maka kebagiaan itu akan lahir dengan sendirinya.
Menunda kebahagiaan, justru akan membuat kita kehilangan kebahagiaan itu. Apakah ketika sudah jadi sarjana, orang kaya, sudah berkeluarga, dan tidak sibuk lagi akan menjadi kita akan mendapatkan kebahagiaan?
Tunggu dulu. Bila hati sederhana yang berisi rasa puas belum kita miliki. Kita tetap akan mengejar kebahagiaan itu. Kebahagiaan itu tidak akan lama singgah dan bersemayam di hati.
Maka kita akan melihat banyak kejadian yang mengherannkan seperti banyak orang kaya yang gelisah. Punya pacar stres. Ketika tidak sibuk malah hidup dalam kebingungan.
Bicara kebahagiaan bukanlah urusan nanti. Hidup adalah saat ini. Bila ingin bahagia temukan saat ini. Tidak perlu ditunda-tunda lagi.
Berusaha memenuhi impian cita-cita serta harapan banyak orang (sarjana dan nikah) yang sementara kita kejar belum tentu kita akan bahagia. Wallahualam. Itu bagaikan mimpi.
Kepastiannya kebahagiaan itu sudah ada di dalam hati kita masing-masing. Tinggal kita bagaimana meresapi apa yang kita miliki sekarang adalah hal yang terbaik yang di pilih oleh Allah buat kita. Maka bersyukurlah...!!!
Tidak perlu bermimpi dengan kebahagiaan esok hari yang mungkin hanya akan menjadi fatamorgana.
Yang pasti hari ini pun kebahagiaan dapat kita raih dengan selalu BERSYUKUR dengan apa yang kita miliki dengan sepenuh hati dan sebagai tanda terima kasih kita memanfaatkanya untuk beribadah. Maka kita akan BAHAGIA...!!!
SO...
Apa pun yang telah terjadi dan apapun yang telah kita miliki hari ini, detik ini maka tetap kita semua bersyukur dan selalu positive thinking kepada Allah azzawajallah.
Serta apapun yang kita kejar yang kita impikan maka aku yakin, Allah pasti akan MEMUTUSKAN yang terbaik untuk kita, di saat yang terbaik pula. INSYALLAH.
Tulisan ini terinspirasi ketika
KEGALAUAN TINGKAT TINGGI menyelesaikan skripsi.
hello!! Abid Fauzan
ReplyDeleteartikel mas Abid Fauzan cukul bagus saya menilai secara pribadi saya, memang bahagia tidak harus menunggu esok atau nanti tapi mereka yang tidak tau harus sukses dahulu baru bahagia tapi setelah sukses malah tak bahagia
Akhir STUDI, puncak FITNAH. Karena itu, tingkat "Keguguran" Para Aktivis Juga Tinggi di Fase Ini. Barakallahu Fiik, Wayaltazimukallahu.
ReplyDelete