Pages

Sunday, 23 December 2012

MEMBANGUN (LAGI) PERJUANGAN PALESTINA





MEMBANGUN (LAGI) PERJUANGAN PALESTINA

Oleh Muh Abid Fauzan*

Setelah melalui proses panjang, Majelis Umum PBB akhirnya memenuhi tuntutan Palestina untuk menaikkan status menjadi “negara pengamat non anggota” dimenangkan setelah voting. Meski hal itu ditentang oleh Israel dan sekutunya.


Hasil pengakuan ini menjadikan status keanggotaan Palestina yang sebelumnya hanya sebagai entitas pemantau yang diwakili oleh PLO—organisasi perjuangan bentukkan mendiang Yaser Arafat—menjadi Negara pemantau non-anggota merupakan langkah maju.

Palestina meraih lebih dari dua pertiga suara dari 193 anggota PBB. 138 negara mendukung proposal keanggotaan Palestina, sembilan lainnya menolak sementara 41 negara memutuskan untuk abstain ( Okezone.com 30/11/2012).

Dengan status sebagai Negara pemantau non-anggota semakin membuka ruang Palestina untuk mengintensifkan perjuangan menuju merdeka. Karena dengan status tersebut Palestina memiliki hak suara di lembaga PBB, bisa terlibat dalam perjanjian-perjanjian internasional, dan punya peluang untuk bergabung dalam lembaga-lembaga PBB. Palestina juga bisa menggugat kejahatan perang yang dilakukan Israel di Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Singkatnya, dengan status Negara pemantau non-anggota, jalan Palestina menuju Negara berdaulat (penuh) kian terbuka lebar.

“akta” kelahiran Negara Palestina

Sebelum voting dilakukan  Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang yakin suara voting akan berpihak kepadanya berpidato di hadapan peserta sidang PBB. Pada saat menyampaikan pidatonya, Abbas mendapatkan sambutan yang luar biasa. Kondisi ini menggembirakan walaupun belum cukup untuk mendapatkan dukungan, terutama dari negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB pemilik hak veto. Beliau menyampaikan bahwa permasalahan Palestina masuk dalam fase baru sejak hari ini.

“Enam puluh lima tahun yang lalu hari ini, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 181, yang memisahkan tanah Palestina yang bersejarah menjadi dua negara dan menjadi akta kelahiran bagi Israel,” kata Abbas sebelum pemungutan suara berlangsung seperti dilansir BBC.

“Majelis Umum hari ini terpanggil untuk mengeluarkan akta kelahiran bagi terwujudnya Negara Palestina,” tambahnya..

Sehingga hasilnya cukup menggembirakan. Walaupun Israel berusaha menggagalkan inisiatif Palestina ke PBB bekerjasama dengan Amerika Serikat dengan menolak. Sedang Inggris abstain dari pemungutan suara, demikian pula Jerman. Kepulauan Marshall dan Panama termasuk di antara negara yang memberikan suara sama dengan Israel dan AS.

  Namun dukungan suara ke Palestina lebih besar dari pada yang menolak, Majelis mengambil keputusan dengan hasil 138 mendukung Palestina, 9 negara yang menolak dan 41 negara lainnya memilih abstain. Setelah keputusan itu di tetapkan membuat ISRAEL- AS dan sekutunya seperti kebakaran jenggot.

Sikap  AS dan sekutunya ini bisa dipahami, jika proposal Abbas diterima tentu posisi Israel yang didukung penuh AS akan semakin terpojok. Karena dunia saat ini pada dasarnya sudah berubah. Banyak negara  yang sebelumnya tidak mendukung Palestina mulai sadar dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan Israel. Mesir, Turki, dan negara-negara Amerika Latin misalnya, yang sebelumnya cenderung mendukung Israel kini lebih berpaling ke Palestina

Peran Indonesia dan Negara lain

Pasca status baru palestina di PBB, Indonesia yang di wakili oleh DPR RI datang ke Ramallah, Tepi Barat, Palestina, Senin.

Presiden Abbas menyebut delegasi DPR pimpinan Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq itu sebagai parlemen negara asing pertama berkunjung ke Ramallah pasca pemberian status baru Palestina di PBB, kata Ketua Kaukus Parlemen untuk Timur Tengah, DPR-RI, Muhammad Najib di Kairo, Senin.

Disebutkan, Abbas dalam kesempatan itu titip salam dan ucapan terimakasih kepada Menlu Indonesia Marty Natalegawa atas kepeloporannya menggalang dukungan untuk Palestina.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang mewakili Indonesia dalam menggalang dukungan di PBB bagi status baru misi Palestina,” kata Abbas.

Dalam kunjungan tersebut dinyatakan, persahabatan antara Indonesia dan Palestina berlangsung sejak era Presiden Soekarno dan Yaser Arafat.( INILAH.COM)

Bagaimana dengan timur tengah sendiri? Yang menarik dari hasil voting tersebut adalah Sikap Turki yang mendukung penuh perjuangan Palestina menuju Negara berdaulat. Mengingat Turki bersama Mesir dan Yordania sebelumnya merupakan sekutu utama Israel di Timur Tengah. Namun belakangan, ketiga Negara tersebut mulai tidak suka watak arogan Israel. Namun, hingga hari ini baru Turki yang secara serius membangun dukungan untuk kemerdekaan Palestina. Kita berharap kemenangan Mursi menjadi presiden Mesir membawa perubahan positif dalam perjuangan Palestina.

Karena perkembangan konflik Palestina-Israel di dunia internasional sudah mengalami pergeseran. Dimana banyak negara yang sebelumnya tak mendukung, sekarang sudah mengubah persepsinya dan mendukung perjuangan Palestina menuju negara berdaulat. Bahkan negara-negara “raksasa” di Eropa yang sebelumnya banyak mendukung invasi Israel, sekarang mulai simpatik dan mendukung perjuangan Palestina. Dan semua ini terjadi berkat gencarnya lobi yang dilakukan oleh pemerintahan Fatah.

Sementara peta dukungan internasional untuk Israel kian menipis, bahkan hanya sekutu abadinya saja (AS) yang masih setia mendukung Isreal saat ini. Ini merupakan penanda bahwa perjuangan Palestina menuju merdeka direstui oleh mayoritas bangsa penghuni kolong langit ini. Tinggal bagaimana Palestina memanfaatkan momentum ini untuk mengintensifkan diplomasi di tingkat internasional guna menyakinkan negara-negara anggota PBB untuk menekan Israel dan Amerika.



Membangun (lagi) perjuangan Palestina

Keberhasilan Palestina menjadi negara pemantau non-anggota di PBB adalah babak baru yang melempangkan jalan Palestina menuju negara berdaulat (penuh). Untuk itu, kerja mendesak dari semua perjuangan di Palestina saat ini adalah membangun rekonsiliasi dan konsolidasi.

Keberhasilan Presiden Mahmoud Abbas dalam meningkatkan status Palestina ini tak terlepas dari keseriusan Mahmoud membangun lobi (diplomasi). Serta juga dukungan dengan negara-negara lain terutama dengan tiga negara timur tengah yang disebut diatas yang notabene memiliki peran strategis dalam percaturan politik di Timur Tengah. Namun, masih ada beberapa permasalahan yang perlu di bangun dalam perjuangan palestina. Salah satunya yang penting adalah internal Palestina masih terjadi polarisasi perjuangan yang tajam antara faksinya Abbas (Fatah) dengan faksi Hamas. Bahkan secara umum kita kaum muslimin secara keseluruhan untuk merapatkan barisan. Perjuangan palestina ini bukan hanya masalah timur tengah saja namun ini menyangkut persatuan kaum muslimin seluruh dunia.

Oleh karena itu, menjadi tugas mendesak dari pelbagai perjuangan Palestina untuk membangun consensus dan konsolidasi dengan negara-negara kaum muslimin. Langkah ini sangat urgen, karena ketika negara-negara Islam sudah terkonsolidasi secara baik dalam mendukung kemerdekaan Palestina, maka akan melempangkan jalur lobi/diplomasi di level internasional. Sehingga dengan terwujudnya  hal tersebut maka kedamaian di bumi Palestina akan segera terwujud. Wallohualam

*Dewan pembina FK2PI Makassar

No comments:

Post a Comment

silakan komentar