MEMBANGUN (LAGI)
PERJUANGAN PALESTINA
Oleh Muh Abid
Fauzan*
Setelah melalui proses panjang,
Majelis Umum PBB akhirnya memenuhi tuntutan Palestina untuk menaikkan status
menjadi “negara pengamat non anggota” dimenangkan setelah voting. Meski hal itu
ditentang oleh Israel dan sekutunya.
Hasil pengakuan ini menjadikan
status keanggotaan Palestina yang sebelumnya hanya sebagai entitas pemantau
yang diwakili oleh PLO—organisasi perjuangan bentukkan mendiang Yaser
Arafat—menjadi Negara pemantau non-anggota merupakan langkah maju.
Palestina meraih lebih dari dua
pertiga suara dari 193 anggota PBB. 138 negara mendukung proposal keanggotaan
Palestina, sembilan lainnya menolak sementara 41 negara memutuskan untuk
abstain ( Okezone.com 30/11/2012).
Dengan status sebagai Negara
pemantau non-anggota semakin membuka ruang Palestina untuk mengintensifkan
perjuangan menuju merdeka. Karena dengan status tersebut Palestina memiliki hak
suara di lembaga PBB, bisa terlibat dalam perjanjian-perjanjian internasional,
dan punya peluang untuk bergabung dalam lembaga-lembaga PBB. Palestina juga
bisa menggugat kejahatan perang yang dilakukan Israel di Mahkamah Pidana
Internasional (ICC). Singkatnya, dengan status Negara pemantau non-anggota,
jalan Palestina menuju Negara berdaulat (penuh) kian terbuka lebar.
“akta” kelahiran Negara
Palestina
Sebelum voting dilakukan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang yakin
suara voting akan berpihak kepadanya berpidato di hadapan peserta sidang PBB.
Pada saat menyampaikan pidatonya, Abbas mendapatkan sambutan yang luar biasa.
Kondisi ini menggembirakan walaupun belum cukup untuk mendapatkan dukungan,
terutama dari negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB pemilik hak
veto. Beliau menyampaikan bahwa permasalahan Palestina masuk dalam fase baru
sejak hari ini.
“Enam puluh lima tahun yang lalu
hari ini, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 181, yang memisahkan tanah
Palestina yang bersejarah menjadi dua negara dan menjadi akta kelahiran bagi
Israel,” kata Abbas sebelum pemungutan suara berlangsung seperti dilansir BBC.
“Majelis Umum hari ini terpanggil
untuk mengeluarkan akta kelahiran bagi terwujudnya Negara Palestina,”
tambahnya..
Sehingga hasilnya cukup
menggembirakan. Walaupun Israel berusaha menggagalkan inisiatif Palestina ke
PBB bekerjasama dengan Amerika Serikat dengan menolak. Sedang Inggris abstain
dari pemungutan suara, demikian pula Jerman. Kepulauan Marshall dan Panama
termasuk di antara negara yang memberikan suara sama dengan Israel dan AS.
Namun dukungan suara ke Palestina lebih besar dari pada yang menolak,
Majelis mengambil keputusan dengan hasil 138 mendukung Palestina, 9 negara yang
menolak dan 41 negara lainnya memilih abstain. Setelah keputusan itu di
tetapkan membuat ISRAEL- AS dan sekutunya seperti kebakaran jenggot.
Sikap AS dan sekutunya ini bisa dipahami, jika
proposal Abbas diterima tentu posisi Israel yang didukung penuh AS akan semakin
terpojok. Karena dunia saat ini pada dasarnya sudah berubah. Banyak negara yang sebelumnya tidak mendukung Palestina
mulai sadar dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan Israel. Mesir, Turki, dan
negara-negara Amerika Latin misalnya, yang sebelumnya cenderung mendukung
Israel kini lebih berpaling ke Palestina
Peran Indonesia dan Negara
lain
Pasca status baru palestina di
PBB, Indonesia yang di wakili oleh DPR RI datang ke Ramallah, Tepi Barat,
Palestina, Senin.
Presiden Abbas menyebut delegasi
DPR pimpinan Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq itu sebagai parlemen negara
asing pertama berkunjung ke Ramallah pasca pemberian status baru Palestina di
PBB, kata Ketua Kaukus Parlemen untuk Timur Tengah, DPR-RI, Muhammad Najib di
Kairo, Senin.
Disebutkan, Abbas dalam
kesempatan itu titip salam dan ucapan terimakasih kepada Menlu Indonesia Marty
Natalegawa atas kepeloporannya menggalang dukungan untuk Palestina.
“Kami menyampaikan terima kasih
kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang mewakili Indonesia dalam
menggalang dukungan di PBB bagi status baru misi Palestina,” kata Abbas.
Dalam kunjungan tersebut
dinyatakan, persahabatan antara Indonesia dan Palestina berlangsung sejak era
Presiden Soekarno dan Yaser Arafat.( INILAH.COM)
Bagaimana dengan timur tengah
sendiri? Yang menarik dari hasil voting tersebut adalah Sikap Turki yang
mendukung penuh perjuangan Palestina menuju Negara berdaulat. Mengingat Turki
bersama Mesir dan Yordania sebelumnya merupakan sekutu utama Israel di Timur
Tengah. Namun belakangan, ketiga Negara tersebut mulai tidak suka watak arogan
Israel. Namun, hingga hari ini baru Turki yang secara serius membangun dukungan
untuk kemerdekaan Palestina. Kita berharap kemenangan Mursi menjadi presiden
Mesir membawa perubahan positif dalam perjuangan Palestina.
Karena perkembangan konflik
Palestina-Israel di dunia internasional sudah mengalami pergeseran. Dimana
banyak negara yang sebelumnya tak mendukung, sekarang sudah mengubah
persepsinya dan mendukung perjuangan Palestina menuju negara berdaulat. Bahkan
negara-negara “raksasa” di Eropa yang sebelumnya banyak mendukung invasi
Israel, sekarang mulai simpatik dan mendukung perjuangan Palestina. Dan semua
ini terjadi berkat gencarnya lobi yang dilakukan oleh pemerintahan Fatah.
Sementara peta dukungan
internasional untuk Israel kian menipis, bahkan hanya sekutu abadinya saja (AS)
yang masih setia mendukung Isreal saat ini. Ini merupakan penanda bahwa
perjuangan Palestina menuju merdeka direstui oleh mayoritas bangsa penghuni
kolong langit ini. Tinggal bagaimana Palestina memanfaatkan momentum ini untuk
mengintensifkan diplomasi di tingkat internasional guna menyakinkan negara-negara
anggota PBB untuk menekan Israel dan Amerika.
Membangun (lagi) perjuangan
Palestina
Keberhasilan Palestina menjadi
negara pemantau non-anggota di PBB adalah babak baru yang melempangkan jalan
Palestina menuju negara berdaulat (penuh). Untuk itu, kerja mendesak dari semua
perjuangan di Palestina saat ini adalah membangun rekonsiliasi dan konsolidasi.
Keberhasilan Presiden Mahmoud
Abbas dalam meningkatkan status Palestina ini tak terlepas dari keseriusan
Mahmoud membangun lobi (diplomasi). Serta juga dukungan dengan negara-negara
lain terutama dengan tiga negara timur tengah yang disebut diatas yang notabene
memiliki peran strategis dalam percaturan politik di Timur Tengah. Namun, masih
ada beberapa permasalahan yang perlu di bangun dalam perjuangan palestina.
Salah satunya yang penting adalah internal Palestina masih terjadi polarisasi
perjuangan yang tajam antara faksinya Abbas (Fatah) dengan faksi Hamas. Bahkan
secara umum kita kaum muslimin secara keseluruhan untuk merapatkan barisan.
Perjuangan palestina ini bukan hanya masalah timur tengah saja namun ini
menyangkut persatuan kaum muslimin seluruh dunia.
Oleh karena itu, menjadi tugas
mendesak dari pelbagai perjuangan Palestina untuk membangun consensus dan
konsolidasi dengan negara-negara kaum muslimin. Langkah ini sangat urgen,
karena ketika negara-negara Islam sudah terkonsolidasi secara baik dalam
mendukung kemerdekaan Palestina, maka akan melempangkan jalur lobi/diplomasi di
level internasional. Sehingga dengan terwujudnya hal tersebut maka kedamaian di bumi Palestina
akan segera terwujud. Wallohualam
*Dewan pembina FK2PI
Makassar
No comments:
Post a Comment
silakan komentar