Pages

Monday 25 July 2011

ANTARA DAKWA SEKOLAH ‘OR’ DAKWA SYIYASA(POLITIK)

Audzubillahiminasyaithonirrojim, Bismillahirrohmanirrohim.
 Pengantar : Banyak hal sebenarnya yang ingin saya tuliskan di sini yang ingin saya publikasikan di sini tapi setelah berpikir cukup lama akhirnya saya mengurangi beberapa tulisan dan biar itu menjadi koleksi pribadi saja. Pada kesempatan kali ini saya ingin mengangkat tentang hasil diskusi teman di jawa yang aktivis dakwa, lewat dunia maya ini lah ana bisa menuliskan hikmah di dalamnya. Beliu ternyata juga aktivis dakwa sekolah yang aktif, karena itu pula ia terlibat dalam sebuah dakwa siyasa. Hasil diskusi itu ku hasilkan melalui tulisan ini.


 Ana Masih ingat tulisan  beliau tentang “Menyiasati Tarbiyah Tanpa Usrah”, tulisannya itu dibuat karena kegelisahan beliau dan beberapa saudaranya mengenai agenda siyasi yang mengalahkan agenda tarbawi. Tulisan itu akhirnya menjadi kenyataan ketika kemarin ada agenda siyasi yang bertabrakan dengan agenda tarbawi dan terbukti mereka lebih memilih agenda siyasi. Seorang saudara dari sebuah sekolah menghubungi beliau bahwa hanya dia sendiri yang datang untuk menunaikan kewajiban membina sementara para MR-MR yang lain pergi ber-siyasi. Kemudian, saking frustasinya dia, dia meminta bantuan beliau untuk datang ke sekolahnya agar mengisi kelompok yang kosong, ada lima kelompok jadi kalau saya datang bisa mengisi dua kelompok gabungan sedangkan dia tiga tidak apa-apa. Beliau waktu itu menolak selain karena kurang persiapan dan mendadak, beliauberalasan bukan alumni sekolah itu. Dan dia berkata “bener juga kata antum kalo kondisi kayak gini mesti disiasati”, yah, telat pak, beliau dan saudara-saudara beliau  udah koar-koar dari jauh-jauh hari. Padahal, kondisi kayak gini udah dialami ketika Pilkada di kota di jawa yang lalu. Ya, kita menderita amnesia akut kalau kata seorang saudara. Ya Allah, kami telah menyampaikan, saksikanlah.
Kemudian, setelah menutup pembicaraan(penulis) di dunia maya lewat komputer kantor tersebut saya merenung sebentar di kantor yang baru saja selesai musyawarah. Saya teringat ketika saya mengevaluasi bidang ini di unit sekolah, ada beberapa ikhwa yang bilang “uzur yang di bolehkan untuk tidak hadir ketika tarbiya atau musyawarah adalah mengisi halaqoh tarbiyah”, dalam hati ketika itu saya hanya berkata, “memang benar kita harus fokus pada pembinaan kepada umat. Membandingkan realitas dakwa di jawa itu ana sangat menyayangkan kejadian tersebut mereka dengan gampangnya meninggalkan tarbiyah mereka demi agenda-agenda politik. Mereka dengan mudahnya meminta izin tidak mengisi atau bahkan tidak liqo’ untuk datang ke Musker organisasi  atau untuk datang ke acara-acara lembaga atau aksi turun kejalan atau kegiatan-kegiatan eksternal lainnya. 

Saya kembali membaca tulisanya di blog pribadinya, ketika itu beliau  kelas 3 SMA, ketika itu beliau sedang mengadakan pelatihan di lembaga dakwa sekolahnya dan ketika itu ada seorang rekan yang ada agenda liqo dia sudah berada di tempa pelatihan sejak hari Jum’at dan liqonya hari Sabtu malam pukul 19.30 di daerah jauh di tempat pelatihan yang waktu itu jarak tempuhnya 1 ½ jam make motor, dan dia izin untuk meninggalkan pelatihan padahal dia PJ acara, maka jadilah beliau yang menggantikan temannya untuk sementara sejak Ashar, dan dia kembali ke tempat pelatihan  pukul 00.30, luar biasa dia pergi “hanya untuk” liqo dan kembali lagi. Kalau kata seorang saudara yang beliau merupakan seorang pembina di daerah jawa yang memegang lima kelompok binaan, “ADK pada kecentilan kali, baru jadi BPH udah pada gak ngebina atau gak liqo gara-gara sibuk atau bahkan padahal cuman jadi staf doang tapi mereka lebih milih acara-acara kampus daripada ngebina atau dibina”. Saat itu, saya hanya menanggapi, “ya, husnuzhan aja akh” walahualam.


Terakhir dari tulisan ini ada banyak hikmah di dalamnya. Terkadang banyak kejadian yang membuat kita miris sesama aktifis dakwa. Terkadang ada ikwa aktivis dakwa bicara tentang adab-adab, bahkan ada yang sempat meng-SMS bahwa “dakwah harus jujur bagaimanapun juga”, namun  kenyataannya ia melanggarnya. Dengan mudahnya kita berkata khilaf tapi apakah perkataan ‘khilaf itu menyelesaikan masalah, padahal baru saja ada “kasus-kasus” mencuat dan mereka tahu “kasus-kasus” itu, eh, malah ikutan mengulang kejadian yang sama. Harus ada tindakan yang jelas agar kita tidak terjebak pada lubang yang sama.

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (QS YUSUF : 111)

 Wallahu’alam. Kebenaran Hanya Datang Dari Allah. 

Wabilhitaufiqwalhidayah. wassalam

No comments:

Post a Comment

silakan komentar