Pages

Wednesday, 1 August 2018

PERTARUNGAN PEMIKIRAN ISLAM Oleh: Dr. H.Daud Rasyid Dosen Pasca Sarjana UIN Hidayatullah



PERTARUNGAN PEMIKIRAN ISLAM
Oleh: Dr. H.Daud Rasyid[1]

Di lain pihak ada tokoh­-tokoh yang mnenolak dengan lantang pemiki­ran sekuler, karena paham itu bertentangan dengan Islam. Sekularisme itu adalah ideologi yang tidak bisa dicampur aduk dengan Islam. Ketika ses­eorarg sudah menjadi sekuler atau pendukung sekularisme, sebenarnya ia telah menang­galkan Islam dari dirinya Karena Islam adalah Dien (agama) yang komprehensif, tidak mengenal pemecah-mecahan (ambivalensi). "Am­bil Islam seluruhnya atau Lepaskan Islam seluruhnya!". Sedangkan Sekularisme tidak menerima kehadiran agama dalam kekuasaan.
Akhir Januari 2014 lalu tepatnva Senin malam se­lasa tanggal 27 Januari, saya mendapat kehormatan diundang TVOne sebagai Panelis dalam acara Debat Kandidat Calon Anggota Legislatif untuk Pemilu 2414 untuk memberikan komentar dan penilaian kepada Para Calon Anggota Legislatif Pemilu April 2014. Yang hadir pada acara bergengsi itu wakil dari Partai Persatuan Pembangu­nan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Am­anat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat (PD).
Mereka rata-rata adalah politisi muda yang sedang gigih-gigihnya mengembangkan karimya di dunia Politik praktis. Tema yang dide­batkan seputar tema-tema hangat dan mengundang kontroversi seperti "Anarkhisme Ormas-ormas yang menga­tasnamakan Agama", "Toler­ansi Beragama", "Pluralisme Beragama", "Pembangunan Rumah Ibadah". Tema-tema ini adalah tema yang umum­nya dieksploitasi musuh-mu­suh Islam untuk memojokkan Islam dan Kaum Muslimin di Indonesia yang mayoritas Islam. Media dan NGO Barat dan LSM dalam negeri kaki tangan Barat kerap mengang­kat isu-isu ini di media untuk membentuk opini jahat bahwa umat Islam identik dengan kekerasan dan tidak toleran.
Sungguh amat disay­angkan, umumnya politisi Muda itu sudah terkontami­nasi oleh paham Liberal dan Pluralisme, kecuali wakil dari PKS dan PPP yang ma­sih terlihat identitas dan visi ­Keislamannya. Adapun yang lainnya, suara dan pandangan mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang di luar Islam. Mereka ikut memojokkan paham keagamaan kaum muslimin di Indonesia dan membangga-banggakan pa­ham pluralisme, wabil khusus yang mewakili PKB. Mereka mengeker pada kaum Non Muslim di Indonesia dan Barat yang menilai umat Is­lam tidak toleran dalam soal pembangunan Gereja. Padahal data membuktikan bahwa selama tahun 2013 pertum­buhan Gereja di Indonesia dalam setahun lebih dari 150%, pertumbuhan Vihara lebih dari 300% sementara pertum­buhan Masjid hanya 60%. Ini terjadi di negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Di Indonesia inilah, khu­susnya di Ibukota negara DKI Jakarta, Gubernurnya sekarang adalah seorang penganut Kristen, yang pen­duduknya 90% lebih Muslim. Karena Pasangan Jokowi­ - Basuki (Ahok) memenangkan pemilihan Gubernur pada tahun 2013. Jokowi meminta cuti dari jabatannya sebagai Gubernur pada tahun 2014, maka otomatis posisinya digantikan oleh Basuki sebagai Gubernur. Di Kalimantan Barat, yang daerah Melayu itu, Gubernurnya seorang penganut Nasrani, pada­hal penduduknya mayoritas Muslim. Aneh bukan?!
Saya katakan kepada mer­ekabahwa Anda-anda ini adalah pemuda yang sudah dihing­gapi penyakit mental “inferiority complex”, tidak percaya diri, menanggalkan identita karena ingin dipandang hebat oleh orang-orang di luar Islam. Takut berpendapat beda dengan arus yang sedang berjalan ken­cang di tingkat dunia menuju Pularisme Agama. Perasaan bersalah tanpa ada pembuktian. Jadi kalau ada suara di Barat yang memprotes sikap umat Is­lam di tanah air, mereka-mereka ini yang ikut menuding saudaranya sendiri, menga”amini” tuduhan orang-orang di luar, tanpa memperjelas duduk perkaranya. Mereka ini benar-benar “budak” yang sangat manut kepada tuannya.
Hai Saudaraku. Bangsa yang ingin maju adalah bang­sa yang siap melawan arus untuk berjalan menuju ideologi yang diyakininya, bu­kan bangsa pengekor mengikuti apa yang diinginkan Negara-negara maju (Barat). Negara-negara maju itu tidak berkeinginan baik untuk umat Islam. Mereka ingin umat ini tetap terbelakang, bergantung kepada mereka dalam segala lini, Imperialisme harus tetap melekat di dunia Islam.
Dunia Islam, khususnya harus berani bersikap dalam menghadapi keinginan-keingi­nan negara-negara Barat. Gen­erasi muda bangsa ini harus dididik berani di hadapan mereka. Kalau pemuda saja pena­kut dan manut, siapa lagi yang akan diharapkan memperbaiki masa depan bangsa ini.
Sebagai bangsa Muslim kita sudah memiliki ideologi Islam, dengannya kita maju dan mengalahkan bangsa-bangsa lain.
Buku saya dengan judul “Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam Sorotan” mengetengahkan perdebatan pemikiran seputar Islam dan sekularisme di Indonesia pada tahun 1992 yang pernah membuat heboh dunia pe­mikiran di Indonesia waktu itu. Semoga isi buku tersebut memberi sumbangan bagi pemerhati pemikiran Islam di Indonesia dan menambah kerinduan kepada Islam seb­agai way of life yang makin padar di tengah informasi belakangan ini.


[1] Dosen Pasca Sarjana UIN Hidayatullah

No comments:

Post a Comment

silakan komentar